Pages

  • Microsoft Indonesia Training, Saturday, November 11th, 2017

    Learning without Borders, Embedding ICT in Effective Classroom Practice, Microsoft Education Community

  • International Seminar on Education "Fostering Young Creative Talents throught Integrative Thinking"

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Jakarta, 18th December 2017

  • Team Futsal Paradise 98

    Juara I Turnament Futsal Senior IKAA 2017

  • Masjidil Haram

    Suasana Malam Hari Masjidil Haram Mekkah Al Mukarromah

  • Masjid Nabawi

    Foto Depan Masjid Nabawi Madinatul Munawwaroh

  • KH Noer Ali

    Pahlawan Nasional Singa Karawang Bekasi

  • KH Hasbiyallah

    Pendiri Pondok Pesantren Al Wathoniyah Pusat Klender Jakarta Timur

  • International Seminar on Education "Fostering Young Creative Talents throught Integrative Thinking", Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Jakarta, 18th December 2017

    Peter Pentland from Autralian Academy of Technological, Sciences and Engeeniring, Australia

  • UWAIS ALQORNI RA

    Sang Penghuni Langit "tak terkenal di bumi tetapi terkenal di langit"

  • International Seminar on Education "Fostering Young Creative Talents throught Integrative Thinking", Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Jakarta, 18th December 2017

    Toshinobu Hatanaka from Toho University, Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology, Japan

Selasa, 08 November 2016

Aksi Damai Bela Islam II 411 Paling Bermartabat di Depan Istana

Aksi Damai Bela Islam II 411 Paling Bermartabat

Yel Yel Aksi Damai Bela Islam Paling Bermartabat 411

Minggu, 02 Oktober 2016

Khutbah Jum'at "Hikmah Peristiwa Hijrah"

Hikmah Peristiwa Hijrah*

WEST ALQORNI, M.Pd
(Jum'at, 07 Oktober 2016 M / 06 Muharram 1438 H di Masjid Al Akhyar Cakung Jakarta Timur)

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ ذِيْ الفَضْلِ وَالْإِنْعَامِ، فَضَّلَ شَهْرَ الْمُحَرَّمِ عَلَى غَيْرِهِ مِنْ شُهُوْرِ العَامِ، وخَصَّهُ بِمَزِيْدٍ مِنَ الفَضْلِ وَالكَرَمِ وَالْإِنْعَامِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ فِي رُبُوْبِيَّتِهِ وَأُلُوْهِيَّتِهِ, وَأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ, كَمَا قَالَ تَعَالَى: (تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ)، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ البَرَرَةِ الكِرَامِ، أَمَّا بَعْدُ :فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِىْ نَفْسِى وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى، يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى
        •             

Ma'asyirol muslimin sidang Jum'at rohimakumulloh 
Marilah senantiasa kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan nikmat dan rahmat-Nya kepada kita semua terutama nikmat iman, Islam dan sehat wal’afiat, sehingga pada hari yang penuh berkah ini kita bisa hadir di tempat yang mulia ini untuk menunaikan salah satu kewajiban kita yaitu melaksanakan shalat jumat berjamaah. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita umatnya senantiasa bershalawat kepada beliau sehingga pada hari Kiamat nanti Insya Allah kita merupakan salah satu umat beliau yang mendapatkan syafaatujma dari baginda Nabi Besar Muhammad SAW. 
Selanjutnya Khotib berwasiat kepada diri khotib sendiri dan Jamaah Jumat, Marilah kita tingkatkan kualitas dan kuantitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya sehingga kita digolongkan oleh Allah SWT termasuk ke dalam golongan muttaqien. 

Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah, 
Waktu demikian cepat berlalu. Hari demi hari telah kita lalui. Bulan demi bulan berganti. Tak terasa, kini kita sudah berada di minggu pertama bulan Muharram 1438 H. Seiring pergantian waktu dan pergantian tahun itu, marilah kita semakin meningkatkan rasa syukur dan taqwa kita kepada Allah Azza wa Jalla. Karena sungguh, tiada satu detik pun waktu yang kita lalui, kecuali di sana ada nikmat Ilahi. Dan tiada pernah waktu berganti, baik pergantian hari, minggu, bulan, atau tahun, kecuali nikmat Allah senantiasa menyertai kita semua. 

Hadirin jama’ah Jum’at yang berbahagia,
Sejarah telah mencatat, bahwa orang pertama yang mengkristalisir hijrah Nabi sebagai peristiwa amat penting dalam sistem kalender umat Islam adalah Sayidina Umar bin Khattab RA, ketika beliau menjabat sebagai Khalifah ke-2 menggantikan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq RA. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-17 sejak hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah. Sungguh pun demikian, Sayidina Umar bukanlah orang yang memaksakan pendapatnya sendiri kepada para sahabat Nabi yang lain. Beliau adalah orang yang selalu memusyawarahkan terlebih dulu setiap problematika umat dengan para sahabat Nabi, termasuk dalam merumuskan sistem kalender Islam. Karenanya, beberapa pendapat pun saat itu bermunculan. Ada yang berpendapat, bahwa tapak tilas sistem penanggalan Islam sebaiknya berpijak pada tahun kelahiran Rasulullah SAW. Ada juga yang mengusulkan, bahwa awal diangkatnya Rasulullah SAW sebagai utusan Allah merupakan timing yang paling tepat dalam penentuan standar kalenderisasi Islam. Bahkan, ada pula yang melontarkan ide agar tahun wafatnya Rasulullah SAW dijadikan sebagai titik awal perhitungan kalender Islam. 
Dari beberapa usulan tersebut, Sayidina Umar akhirnya lebih condong kepada pendapat Sayidina Ali bin Abi Thalib RA, yang meng-afdholiah-kan peristiwa hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah sebagai tonggak sejarah terpenting dalam Islam, dibanding peristiwa lainnya dalam sejarah Islam. Sebagaimana argumentasi atau alasan yang dikemukakan oleh Sayidina Ali bin Abi Thalib RA, bahwa “kita membuat penanggalan berdasarkan pada peristiwa hijrah Rasulullah SAW, adalah karena hijrah tersebut merupakan simbol pembatas antara yang hak dengan yang batil.” Peristiwa penentuan awal kalender Islam tersebut terjadi pada tanggal 1 Muharam, bertepatan dengan hari Jum’at, tanggal 16 Juli 622 M. 

Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah, 
Jika kita mengulas sejarah, ada sesuatu yang unik dalam sistem kalenderisasi Hijriah. Karena dalam catatan sejarah, peristiwa hijrahnya Nabi dari Mekkah ke Madinah sesungguhnya terjadi pada bulan Rabiul Awal, bukan pada bulan Muharram. Lalu mengapa justru bulan Muharram yang dijadikan sebagai tonggak pertama bagi awal penanggalan Islam, bukan bulan Rabiul Awal? Kaum muslimin rahimakumullah, Dalam kitab-kitab Tarikh atau sejarah Islam, memang banyak dijelaskan bahwa Nabi bertolak dari Mekkah menuju Madinah terjadi pada hari Kamis terakhir di bulan Shafar, dan keluar dari tempat persembunyiannya di Gua Tsur pada awal bulan Rabiul Awal, bertepatan dengan hari Senin tanggal 13 September 622 M. Namun demikian, Sayidina Umar beserta sahabat-sahabat Nabi yang lain saat merumuskan sistem kalender Islam lebih memilih bulan Muharram sebagai awal tahun hijriah. Ini karena, beliau dan para sahabat yang lain memandang bahwa di bulan Muharram-lah Nabi Muhammad SAW pertama kali ber’azam (merencanakan) untuk berhijrah. Karena di bulan Muharram itu Rasulullah SAW telah selesai dari seluruh rangkaian kegiatan ibadah haji, dan juga dikarenakan bulan Muharram termasuk salah satu dari 4 bulan haram dalam Islam yang dilarang Allah untuk berperang di dalamnya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. At-Taubah: 36: 
•                                    •     
36. Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. 
Yang dimaksud empat bulan haram adalah bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram (tiga bulan ini berurutan), dan Rajab. 
Selain itu juga Rasulullah SAW sendiri pernah menamainya dengan sebutan “Syahrullah (Bulan Allah)”, sebagaimana diungkap dalam sabdanya: 
أفضلُ الصّيام بعدَ رمضانَ شهرُ الله المُحرَّمُ
“Sebaik-baik puasa di luar bulan suci Ramadhan adalah puasa di Bulan Allah, yaitu bulan Muharram”. (Hadist diriwayatkan oleh Imam Muslim). 

Ma'asyirol muslimin yang dimuliakan Allah SWT 
Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari Hijrahnya Nabi dan para sahabat dari Mekah ke Madinah saat itu adalah: Pertama: perisitwa hijrah Rasululah dan para sahabatnya dari Mekah ke Madinah merupakan tonggak sejarah yang monumental dan memiliki makna yang sangat berarti bagi setiap Muslim, karena hijrah merupakan tonggak kebangkitan Islam yang semula diliputi suasana dan situasi yang tidak kondusif di Mekah menuju suasana yang prospektif di Madinah. Kedua: Hijrah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa optimisme yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada yang baik, dan hijrah dari hal-hal yang baik ke yang lebih baik lagi. Rasulullah SAW dan para sahabatnya telah melawan rasa sedih dan takut dengan berhijrah, meski harus meninggalkan tanah kelahiran, sanak saudara dan harta benda mereka. Hijrah mengajarkan kaum muslimin untuk mempertahankan tauhid dan keimanan mereka dengan mengorbankan apa yang mereka miliki. Di dalam kisah hijrah kita mendapati banyak contoh bahwa para sahabat rela mengorbankan apa saja demi mempertahankan keimanan mereka. Mereka faham bahwa dengan berbekal keimanan, maka Allah SWT akan bersama mereka. Oleh karenanya, untuk kebahagiaan itu mereka rela meninggalkan harta benda yang mereka miliki demi berangkat hijrah dengan bekal seadanya, dan menebus dengan apa saja yang mereka miliki. Allah SWT berfirman dalam QS. At-Taubah:20: 
                  
20. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan (QS. Attaubah:20) 
Ketiga: Hijrah mengandung semangat persaudaraan, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW pada saat beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, bahkan beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok Yahudi yang hidup di Madinah dan sekitarnya pada waktu itu. Peristiwa persaudaraan antara golongan Muhajirin dan Anshar diabadikan dalam QS. Al Hasyr:9: 
                                 
9. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung. Anshar dan Muhajirin merupakan kaum yang mendapatkan keridhoan Allah SWT sehingga mereka mendapatkan balasan surga dari Allah SWT. Sebagai Allah SWT berfirman dalam QS. At-Taubah:100:
 •     •         •            
100. Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah, Tanpa terasa umur kita telah bertambah satu tahun lagi. Itu berarti jatah hidup kita berkurang dan semakin mendekatkan kita kepada rumah masa depan, yakni kuburan. Pelajaran yang terbaik dari perjalanan waktu ini adalah menyadari sekaligus mengintrospeksi sepak terjang kita selama ini. Kita sejatinya hanya punya waktu 5 hari yang harus kita isi dengan amal kebaikan. Hari pertama, yaitu masa lalu yang telah kita lewati (apakah sudah kita isi dengan hal-hal yang dapat mengantarkan kita pada ridho Allah?). Hari kedua, yaitu hari yang sedang kita alami sekarang ini (harus kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat baik dunia maupun akhirat). Hari ketiga, yaitu hari yang akan datang (kita tidak tahu apakah hari itu milik kita atau bukan). Hari keempat, yaitu hari ketika nyawa kita ditarik oleh Malaikat pencabut nyawa menyudahi kehidupan kita di alam fana ini (apakah kita sudah siap dengan amal kita?). Dan Hari kelima, yaitu hari perhitungan amal kita di hadapan Allah (apakah kelak kita akan mendapatkan raport yang baik yang akan menempatkan kita di surga, ataukah mendapat raport dengan tangan kiri kita, yang menunjukan nilai buruk dan menempatkan kita di neraka). Pada saat itu, tidak ada lagi arti penyesalan. Maka, tepat sekali apa yang dikatakan seorang ulama besar Tabi’in, Imam Hasan Al-Basri, “Wahai manusia, sesungguhnya engkau hanyalah sekumpulan hari. Jika setiap hari itu berkurang, maka berkurang pula bagianmu.” Umar bin Khathab RA juga berkata: 
حَاسِبُوا اَنْفُسَكُمْ قَبْلَ اَنْ تُـحَاسَبُوا 
“Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.”. Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia, Bulan Muharram adalah bulan yang suci, oleh karena itu hendaknya kita memperbanyak mengerjakan amal-amal shalih sesuai dengan kemampuan kita. Semoga ditahun yang baru ini kita, keluarga, dan kaum muslimin seluruhnya benar-benar mendapatkan ridlo, taufiq, tsubutul iman (tetap iman), selamat lahir batin, keberuntungan dan kebaikan dunia dan akhirat. Amin ya Robbal ‘alamin...
 جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنْ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ، وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ الْمُتَّقِيْنَ اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
                   
 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Khutbah II
 اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ فَتَحَ اَبْوَابَ الرَّحْمَةِ لِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَفْضَلُ الْمَخْلُوْقِيْنَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، خَاتَمِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ .أَمَّا بَعْدُ،. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا الله اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَـمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. قَالَ الله تَعَالى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيـْم، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم. بِسْمِ اللهِ الرَّحْـمنِ الرَّحِيْمِ إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُـحــَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُـحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلى اِبْرَاهِيمْ وَ عَلى الِ اِبْرَاهِيم. وَ بَارِكْ عَلى مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُـحَمَّدٍ. كَمَا بَرَكْتَ عَلى اِبْرَاهِيم وَعَلى الِ اِبْرَاهِيم. فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَـمِيْدٌ مَـجِيْد. وَارْضَ اَلَّلهُمَّ عَنِ الْـخُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ اَزْوَاجِهِ اُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ اَجْـمَعِيْنَ وَعَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ اِلى يَوْمِ الدِّيْنِ وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْـمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِـمِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ نْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ اَهْلِكْ اَعْدَاَ أَلدِّيْنَ، وَاَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرُ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الَمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلاَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا وَأَهْلَنَا وَذُرِّيَاتِنَا وَجَمِيْعَ إِخْوَانِنَا مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكَ الْمُتَّقِيْنَ مِنْ عِبَادِكَ الصَّابِرِيْنَ مِنْ عِبَادِكَ الشَّاكِرِيْنَ مِنْ عِبَادِكَ الْمُخْلِصِيْنَ مِنْ عِبَادِكَ الْمُجَاهِدِيْنَ مِنْ عُلَمَائِكَ الْعَامِلِيْنَ مِنَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ. رَبَّنَا أَتِيْنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارَ . وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارَكَ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
 عِبَادَاللهِ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Rabu, 09 Maret 2016

Latihan Soal UTS TIK8 2016

Latihan Soal UAS TIK9 2016

Latihan Soal UAS PLKJ9 2016

Kamis, 08 Januari 2015

Khutbah Jum'at "Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW"



Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
,oleh: West Alqorni, S.Sos
Materi khutbah yang disampaikan pada hari Jum'at tanggal 09 Januari 2015 di Masjid Al-Akhyar Cakung Jakarta Timur 
اَلْـحَمْدُ للهِ الّذِي أَرْسَلَ رسُولَهُ بِالْـهُدَى وَدِيْنِ الْـحَقّ لِيُظْهِرَهُ عَلى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيدًا ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، إِقْرَارًا بِهِ وَتَوْحِيدًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه لاَ نَبـِيَ بَعْدَهْ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آله وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا مَزِيْدًا. أمّا بعد, فياأيها الْمسلمون أوصيكم وإياي بتقوى الله عز وجل فقد فاز الْمتقون.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحـمن الرحيم. يَا أيُّهَا الَّذِيْنَ آمنُوا اتَّقُوا الله وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدْ واتقوا الله إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِـمَا تَعْمَلُوْنَ.

Ma'asyirol muslimin sidang Jum'at rohimakumulloh

Marilah kita senantiasa panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan nikmat dan rahmat-Nya kepada kita semua terutama nikmat iman, Islam dan sehat wal’afiat, sehingga pada saat ini kita bisa hadir di masjid yang mulia ini untuk menunaikan salah satu kewajiban kita yaitu melaksanakan shalat jumat berjamaah. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita umatnya senantiasa selalu bershalawat kepada beliau sehingga pada hari Kiamat nanti Insya Allah kita merupakan salah satu umat beliau yang mendapatkan syafa’atu ujma dari baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

Selanjutnya Khotib berwasiat kepada diri khotib sendiri dan Jamaah Jumat, Marilah kita tingkatkan kualitas dan kuantitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya sehingga kita digolongkan oleh Allah SWT termasuk dari golongan muttaqien.




Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Di bulan Rabi’ul Awwal yang lebih dikenal dengan bulan maulid atau bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, tepatnya tanggal 12 Rabi’ul Awwal, biasanya kaum muslimin merayakan peringatan mauld Nabi Muhammad SAW, baik dirumah dengan mengundang tetangga dan handai taulan. Atau diadakan oleh masjid, mushalla, lembaga, organisasi, masyarakat kampung dengan bentuk pengajian umum dan ceramah, ada juga dengan bakti sosial, khitanan masal, dan bentuk amal-amal sholeh yang lain. Begitulah suasana maulid dimeriahkan umat muslim Nusantara. Bulan maulid adalah bulan suka-cita. Cerah sinarnya menyibakkan kegelapan yang menyelimuti ummat manusia. Allahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaihi.

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Rasulullah saw sendiri memperingati hari kelahirannya dengan berpuasa, yaitu setiap hari senin seperti yang diriwayatkan oleh Abi Qatadah dalam Imam Muslim;
عَنْ اَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ اْلِاثْنَيْنِ؟ فَقاَلَ ذَلِكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ اَوْ اٌنْزلَ عَلَيَّ فِيْهِ
Dari Abu Qotadah r.a, sesungguhnya Rasululloh SAW ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab : “Hari Senin adalah hari lahirku, hari aku mulai diutus atau hari mulai diturunkannya wahyu”. (HR Muslim)
Sabda ‘yauma wulidtu fihi (itu adalah hari aku dilahirkan)’ adalah kalimat yang menekankan betapa hari tersebut sangatlah berharga bagi Rasulullah saw. sehingga beliau berpuasa di hari itu. Meskipun tidak ada perintah langsung dari Rasulullah mengenai penghormatan tersebut, tetapi bagi umat yang tahu diri tentunya hadits tersebut telah cukup menjadi tanda untuk menghormati hari kelahiran Rasulullah SAW.

Sidang Jum’at yang dimuliakan Allah SWT
Ada baiknya kita mengetahui sejak kapan diperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Sejarah menyebutkan bahwa sejak Islam berjaya dengan menaklukan romawi, Persia bahkan Eropa, banyak orang non muslim masuk Islam, termasuk orang-orang salib dari Eropa. Baik karena sukarela ataupun karena terpaksa. Hal ini menimbulkan dendam kaum Nasrani, akhirnya mereka membalas dendam dengan menjajah Timur Tengah. Maka berkobarlah perang salib. Kaum kafir membunuh orang Islam, merampas kekayaan, dijauhkan dari Islamnya, dijauhkan dari Nabinya, dijauhkan dari sejarah kejayaan Islam. Yang ditampilkan oleh penjajah dihadapan kaum muslimin adalah tokoh-tokoh kafir, tokoh-tokoh fiktif sehingga rusaklah moral anak-anak muda, hancurlah kejayaan kaum muslimin, hilang keteladanan, hingga tidak ada lagi kehebatan Islam.
Melihat kondisi umat yang terpuruk dan semakin jauh dari Islam, serta tidak punya semangat memperjuangkan agamanya, para ulama dan tokoh Islam mencari solusi bagaimana membangkitkan keislaman kaum muslimin dan melepaskan diri dari cengkraman tentara salib. Di antaranya seorang raja yaitu Al-Malik Mudhaffaruddin (Raja Himsiyyah), mengundang para ulama dan masayikh ke istana untuk bermusyawarah, bagaimana membangkitkan semangat umat Islam, membebaskan diri dari penjajah, serta menanamkan kecintaan anak muda dan muslimin kepada Rasulullah, sehingga mau meneladani beliau Rasulullah SAW.
Dari musyawarah ulama tersebut akhirnya ada yang mengusulkan agar diadakan peringatan peristiwa bersejarah dalam Islam, diantaranya dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, yang kemudian dikampanyekan dengan besar-besaran, mengundang para penyair agar menulis syair pujian kepada Nabi, serta para ulama dan mubaligh yang bertugas menceritakan sejarah Nabi. Al-Malik Mudhaffaruddin menanggapi usulan ini dengan antusias. Tetapi ada yang tidak setuju, dengan alasan karena peringatan seperti itu tidak pernah dikerjakan oleh Nabi, dan itu berarti bid’ah.
Menanangapi ketidak setujuan mereka, akhirnya dijawab oleh ulama’ yang hadir, bahwa dalam penjelasan tentang bid’ah itu tidak semua sesat. Menurut Imam al-Iz Abdussalam, Ibnu Atsar menjelaskan bahwa ada bid’ah dholalah dan bid’ah hasanah. Bid’ah dholalah (sesat) adalah bid’ah yang tidak ada dasar hukummnya dan tidak ada perintah sama sekali dari syariat, sedangkan bid’ah hasanah adalah suatu amalan yang dasar perintahnya sudah ada dari Rasulullah, namun teknisnya tidak diatur langsung dan itu bukan temasuk ibadah mahdah muqayyadah (ibadah murni yang telah ditentukan tata caranya).
Akhirnya para ulama yang hadir bersama Al-Malik Mudhaffaruddin dalam pertemuan itu memutuskan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad itu boleh. Kemudian Al-Malik Mudhaffaruddin sendiri langsung menyumbang 100 ekor unta dan sekian ton gandum untuk mengadakan peringatan maulid Nabi muhammad SAW. Setiap daerah diundang penyair untuk membuat syair pujian dan shalawat kepada Nabi muhammad. Kitab-kitab yang tersisa hingga sekarang di antaranya yang dikarang oleh Syeikh al-Barzanji dan Syeikh Addiba’i.

Sidang Jum’at yang dimuliakan Allah SWT
Ternyata dengan diadakannya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini sangat efektif untuk menyadarkan kaum Muslimin cinta kepada Rasul, sehingga seorang pemuda bernama Shalahudin Al-ayyubi menggalang anak-anak muda, dilatih fisiknya, disadarkan untuk cinta kepada Rasul, diajak membebaskan diri dari penjajahan tentara salib. Akhirnya, laskar Islam bersama panglima Shalahudin al-Ayyubi, bisa memenangkan perang salib pada tahun 580 H. Itulah sejarah pertama kali diadakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW dan Sejak tahun itulah peringatan Maulid Nabi SAW diadakan oleh negara muslim lainnya.

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Seperti sering dijelaskan bahwa ibadah itu ada dua macam. Pertama, ibadah mahdah muqayyadah yaitu ibadah murni yang tata caranya terikat dan tidak boleh diubah, karena perintah dan teknis pelaksanaannya dicontohkan langsung oleh Rasulullah, seperti shalat dan haji yang harus sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasul. Kedua, ibadah muthallaqah ghoiru muqayyadah, yaitu ibadah mutlaq yang tata caranya tidak terikat, perintahnya ada sedangkan teknis pelaksanaannya terserah masing-masing orang. Seperti berdzikir, perintahnya sudah ada namun teknisnya tidak ditentukan sebagaiman firman Allah:
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman (QS. Annisa : 103)
Dzikir merupakan perintahnya, sedangkan teknisnya terserah kita, duduk, berdiri, berbaring dirumah, dimasjid sendirian, bersama-sama, suara pelan ataupun dengan suara keras tidak ada batasan-batasan, tergantung kepada situasi dan kondisi asal tidak melanggar ketentuan syariat.
Membaca shalawat juga diperintahkan sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
Yang Artinya: ”Sesungguhnya Allah dan malaikat bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salan penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab : 56).
Perintah membaca shalawat ada sedangkan teknisnya terserah kita. Boleh sholawat yang panjang, pendek, prosa, maupun syair, yang penting bershalawat kepada rasullullah. Hal ini termasuk juga berdakwah, Allah berfirman:
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْـحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْـحَسَنَةِ
Yang artinya: ”Serulah (manausia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (QS an-Nahl 125)
Berdakwahlah kamu ke jalan Allah dengan cara hikmah dan mauidzah hasanah atau wejangan yang baik. Perintahnya ada sedangkan teknis pelaksanaannnya terserah kita, boleh dalam bentuk pengajian umum, pengajian rutin di masjid, ataupun media TV, radio, koran, majalah, diskusi, maupun seminar. Semuanya dipersilakan, yang penting momentum dan misinya adalah dakwah.

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Peringatan Maulid Nabi yang diisi dengan pembacaan shalawat kepada Rasul, pengajian umum, ceramah tentang kesadaran terhadap islam, membaca sejarah Nabi, amal saleh, bakti sosial, khitanan massal dan lain-lain itu merupakan ibadah muthallaqah ghairu muqayadah atau ibadah yang mutlaq dan tidak terikat tata caranya dimana perintahnya ada sedangkan pelaksanaannya terserah kita.
Maka dengan demikian mengadakan peringatan Maulid Nabi yang diisi dengan pembacaan shlawat, pengajian umum dan perbuatan yang baik bukan termasuk bid’ah dhalalah, tapi merupakan amrum muhtasan, yaitu “sesuatu yang dianggap baik” dan kalau dilakukan secara ikhlas karena Allah maka akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Demikian juga Sayyid Alwi Al-Maliki al-Hasani menjelaskan dalam kitab Mukhtashar Sirah Nabawiayah: “Bahwa memperingati Maulid Nabi bukan bid’ah dhalalah, tapi sesuatu yang baik”.

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah.
Ada sekian banyak pendapat para ulama tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, diantaranya yaitu
1.         Pendapat Imam Hasan Al-Bashri (Seorang Tabi’in yang lahir di zaman Khalifah Umar ibn Khattab. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Imam Hasan Al-Bashri berkata :
وَدِدْتُ لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ جَبَلِ اُحُدٍ ذَهَبًا لَاَنْفَقْتُهُ عَلَى قِرَاءَةِ مَوْلِدِ الرَّسُوْلِ
“Andaikata aku memiliki emas sebesar bukit uhud, maka akan aku dermakan semuanya untuk penyelenggaraan pembacaan Maulid Rasul”
Ucapan beliau membuktikan bahwa para tabi’in menaruh perhatian yang sangat besar terhadap kelahiran Nabi Muhammad SAW. Beliau rela mendermakan seluruh hartanya demi menyelenggarakan pembacaan maulid Nabi Muhammad SAW
2.         Syeikh Ma’ruf Al-Karkhi (Seorang Sufi Wafat tahun 200 H). Dalam salah satu nasihatnya beliau berkata :
مَنْ هَيَّاَ لِاَجْلِ قِرَاءَةِ مَوْلِدِ الرَّسُوْلِ طَعَامًا, وَجَمَعَ اِخْوَانًا, وَاَوْقَدَ سِرَاجًا, وَلَبِسَ جَدِيدًا, وَتَعَطَّرَ وَتَـجَمَّلَ, تَعْظِيْمًا لِمَوْلِدِهِ, حَشَرَةُ اللهُ تَعَالى يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الْفِرْقَةِ الْاُوْلَى مِنَ النَّبِيِّيْنَ, وَكَانَ فِى اَعْلَى عَلِيِّيْنَ.
“Barangsiapa yang mempersiapkan makanan, mengumpulkan teman-teman, menyalakan lampu, mengenakan pakaian baru, memakai parfum, dan menghiasi dirinya untuk membaca dan mengagungkan maulid rasul, maka kelak di hari kiamat Allah akan mengumpulkkannya bersama para Nabi, orang-orang yang berada pada barisan pertama. Dan dia ditempatkan di ‘illiyyin yang tertinggi”
3.         Syeikh Sirri As-Saqathi (wafat tahun 253 H). Dalam sebuah kesempatan beliau menuturkan :
مَنْ قَصَدَ مَوْضِعًا يُقْرَاُ فِيْهِ مَوْلِدُ النَّبـِيِّ فَقَدْ قَصَدَ رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الْـجَنَّةِ لِاَنَّهُ مَا قَصَدَ ذَلِكَ اْلـمَوْضِعَ اِلاَّ لـِمَحَبَّةِ الرَّسُوْلِ. وَقَدْ قَالَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ: مَنْ اَحَبَّنـِي كَانَ مَعِيْ فِي الْـجَنَّةِ.
“barangsiapa mendatangi sebuah tempat dimana disana dibacakan maulid Nabi, maka dia telah mendatangi sebuah taman surga. Sebab tujuannya mendatangi tempat itu tiada lain adalah untuk mengungkapkan rasa cintanya kepaada Rasulullah SAW, sedangkan Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa mencintaiku, maka dia bersamaku di dalam Surga”

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah.
Itulah beberapa pendapat dari sekian banyak pendapat para ulama mengenai peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang kami sampaikan. Mudah-mudahan dengan peringatan Maulid Nabi SAW hati kita semakin cinta kepada Rasulullah SAW. Dengan cinta kepada Rasulullah kita akan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dan kita termasuk orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah SAW. Semoga kita dikumpulkan bersama Rasulullah SAW kelak disurga nanti. Amiin, ya rabbal alamin.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرّحـمن الرّحيم. وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْـمَةً لِلْعَالَمِينَ. الأنبياء:107
بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْأنِ الْكَرِيـْم وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِـمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم وَتَقَبَّل الله مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.
اَلْـحَمْدُ للهِ الّذِى يَهْدِى مَنْ يَشَاءُ اِلى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ. نَـحْمَدُهُ سُبحَانهُ وَهُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمُ. اَشْهدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله الْمَلِكُ الْـحَقُّ الْمُبِيْنُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُـحَمَّدًا رَسُوْلُ الله الصَّادِقُ الْوَعْدُ اْلاَمِيْنُ. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيْدِنَا مُـحَمَّدٍ وَعَلى الِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْـمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْد. فَيَاأيُّهَا الْمُسْلِمُونَ الْكِرَام أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى الله وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
فقال الله تعالى: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَـمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
قَالَ الله تَعَالى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيـْم، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم. بِسْمِ اللهِ الرَّحْـمنِ الرَّحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُـحــَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُـحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلى اِبْرَاهِيمْ وَ عَلى الِ اِبْرَاهِيم. وَ بَارِكْ عَلى مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُـحَمَّدٍ. كَمَا بَرَكْتَ عَلى اِبْرَاهِيم وَعَلى الِ اِبْرَاهِيم. فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَـمِيْدٌ مَـجِيْد. وَارْضَ اَلَّلهُمَّ عَنِ الْـخُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ اَزْوَاجِهِ اُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ اَجْـمَعِيْنَ وَعَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ اِلى يَوْمِ الدِّيْنِ وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْـمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِـمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَات وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَات اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَات اِنَّكَ سَـمـِيْعٌ قَرِيْبٌ مُـجِيْبُ الدَّعَوَات وَيَا قَاضِيَ الْـحَاجَات. اَللَّهُمَّ ارْزُقْنَا مُتَابَعَةَ النَّبِـيِّ مُـحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَوَّلاً وَاَخِرًا وَظَاهِرًا وَبَاطِنًا وَقَوْلاً وَفِعْلاً وَطَاعَةً وَعِبَادَةً وَعَمَلاً صَالِـحًا وَعَدَهُ. اَلَّلهُمَّ اَحْيِيْنَا بـِحَيَاةِ الْعُلَمَاءِ وَاَمِتْنَا بـِمَوْتِ الشُّهَدَاءِ وَاحْشُرْنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي زُمْرَةِ الْاَوْلِيَاءِ وَاَدْخِلْناَ الْـجَنَّةَ مَعَ اْلاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ, اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْـمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ الله: اِنَّ الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبي وَيَنْهَي عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلاَ ذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ. اَقِيْمُوا الصَّلاَة.