MODEL EVALUASI
GOAL FREE EVALUATION (EVALUASI BEBAS
TUJUAN)
Disusun untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah
Evaluasi Program
Pendidikan
Dosen: Prof. Dr. H. Abdul Madjid, MM. M.Pd
Disusun oleh:
WEST ALQORNI
NIM : 1308036069
Semester/Kelas : Tiga/Reguler
Angkatan : 29.1 (Limau)
MANAJEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR.
HAMKA JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang penting, namun sering dikesampingkan karena dianggap mencari kesalahan, kegagalan dan kelemahan dari suatu kegiatan atau program. Sebenarnya evaluasi harus dilihat dari segi manfaatnya sebagai upaya memperbaiki dan penyempurnaan program atau kegiatan sehingga lebih efektif, efisien dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja atau produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya[1]. Dalam sebuah proses pembelajaran komponen yang turut menentukan keberhasilan sebuah proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi orang akan mengetahui sampai sejauh mana penyampaian belajar atau tujuan pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Melalui evaluasi kita akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik, serta keberhasilan sebuah program.
Dalam mengevaluasi suatu program, kita harus
memilih model-model evaluasi yang sesuai dengan apa yang akan kita evaluasi.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah apakah pendapatan atau konsep
sebenarnya yang dimaksud adalah sama, yaitu strategi yang akan dipakai sebagai
kerangka kerja dalam melakukan evaluasi atau apa yang dipilih akan tergantung pada
maksud dan tujuan evaluasi. Untuk ini harus memilih
teori atau fungsi dari model atau pedekatan tersebut dan tidak tergantung pada
satu model atau pendekatan atau konsep, harus dikuasai seluk beluk setiap model
yang menjadi pilihan dan tidak menjadi budak dari satu model atau pendekatan. Pilihan yang terbaik yaitu apa yang dinamakan eclectic (eklektis) memilih model yang
sesuai dengan keadaan dan situasi program yang akan dievaluasi.
Ada
beberapa model evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi suatu program, salah satunya adalah model evaluasi Goal Free Evaluation (Evaluasi Bebas
Tujuan). Model ini digagas oleh Michael Scriven. Scriven adalah seorang pakar
filsafat ilmu pengetahuan yang telah banyak menyumbangkan gagasannya kepada
profesi evaluasi. Ia mengkritisi konseptualisasi evaluasi klasik dan modern. Ia
mengkritisi terhadap ideologi-ideologi evaluasi yang memfokuskan pada
tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pengembang kurikulum, bukan memfokuskan pada
pencapaian tujuan konsumen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:
1.
Apa itu model evaluasi Goal Free Evaluation?
2.
Apa fungsi model evaluasi Goal Free Evaluation?
3.
Apa saja kekurangan dan
kelebihan model evaluasi Goal Free Evaluation?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Memahami hakikat model evaluasi Goal Free
Evaluation.
2.
Memahami kegunaan model evaluasi Goal Free
Evaluation.
3.
Mengetahui kekurangan
dan kelebihan model evaluasi Goal Free Evaluation.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Goal Free Evaluation Model
Goal Free Evaluation Model adalah model evaluasi yang dikembangkan oleh Scriven. Dalam Goal Free Evaluation, Scriven mengemukakan bahwa dalam melaksanakan evaluasi program evaluator
tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan
dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya (kinerja) suatu program,
dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi (pengaruh)
baik hal-hal yang positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal yang
negatif (yang tidak diharapkan).
Evaluasi model Goal
Free Evaluation, fokus pada adanya perubahan perilaku yang terjadi
sebagai dampak dari program yang diimplementasikan, melihat dampak sampingan
baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan, dan membandingkan dengan sebelum
program dilakukan. Evaluasi juga membandingkan antara hasil yang dicapai dengan
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk program tersebut atau melakukan cost
benefit analysis.
Tujuan program tidak perlu diperhatikan karena
kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika
masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan tetapi
evaluator lupa memperhatikan sejauh mana masing-masing penampilan tersebut
mendukung penampilan terakhir yang diharapkan oleh tujuan umum maka akibatnya
jumlah penampilan khusus ini tidak banyak bermanfaat. Dapat disimpulkan bahwa,
dalam model ini bukan berarti lepas dari tujuan tetapi hanya lepas dari tujuan
khusus. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh
program, bukan secara rinci perkomponen yang ada.
Scriven menekankan bahwa evaluasi itu adalah
interpretasi judgement ataupun explanation dan evaluator yang merupakan pengambil
keputusan dan sekaligus penyedia informasi. Ciri-ciri Evaluasi Bebas Tujuan yaitu :
1.
Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui
tujuan program
2.
Tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu
tidak dibenarkan menyempitkan fokus evaluasi
3.
Evaluasi Bebas Tujuan berfokus pada hasil yang
sebenarnya, bukan pada hasil yang direncanakan
4.
Hubungan evaluator dan manajer atau dengan
karyawan proyek dibuat seminimal mungkin
5.
Evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya
dampak yang tidak diramalkan
Mungkin akan lebih baik apabila evaluasi yang
berorientasi pada tujuan dan Evaluasi Bebas Tujuan dikawinkan, karena mereka akan saling mengisi dan melengkapi. Evaluator internal
biasanya melakukan evaluasi yang berorientasi pada tujuan, karena ia sulit menghindar atau mau tidak mau ia akan mengetahui tujuan
program, akan tidak pantas apabila ia tidak acuh. Manajer progam jelas ingin mengetahui sampai seberapa jauh progam telah
dicapai, dan evaluator internal akan dan harus menyediakan informasi untuk manajernya.
Di
samping itu, perlu diketahui bagaimana orang luar menilai program bukan hanya
untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, apa yang dilakukan di semua
bagian, pada semua yang telah dihasilkan, secara sengaja atau tidak sengaja. Yang belakangan ini merupakan tugas operator
bebas tujuan yang tidak mengetahui tujuan program. Jadi, evaluasi yang
berorientasi pada tujuan dan Evaluasi Bebas Tujuan dapat bekerja sama dengan baik. Menurut Wirawan (2012)
proses evaluasi dengan mempergunakan model Evaluasi Bebas Tujuan dapat dilihat
pada gambar berikut :
1. Evaluator
mempelajari cetak biru program
|
3. Mengidentifikasi
tujuan evaluasi :
|
Pengaruh sampingan program yang negatif yang tidak
diharapkan
|
Pengaruh sampingan positif di luar tujuan program
|
Pengaruh positif program yang diharapkan oleh tujuan
program
|
2. Mengembangkan
Desain dan Instrumen evaluasi
|
4. Memastikan
pelaksanaan program telah mencapai tujuan
|
5. Menjaring dan
menganalisis data
|
6. Menyusun
laporan evaluasi hasil evaluasi
|
7. Pemanfaatan
hasil evaluasi
|
Model Evaluasi Bebas Tujuan akan sangat meluas dan
menimbulkan masalah bagi evaluator dalam kaitan dengan beban kerja, biaya, dan
waktu evaluasi. Oleh karena itu, sebelum merancang evaluasi, evaluator harus memprediksi,
mengidentifikasi, dan mendefinisikan apa saja yang termasuk efek sampingan
yang negatif dari program, apa saja yang termasuk pengaruh positif sesuai
dengan tujuan program, dan apa saja pengaruh positif di luar tujuan program[2].
B.
Fungsi Goal Free Evaluation
Scriven dalam tujuan Goal Free Evaluation (1972) menunjukkan bahwa fokus pada program
atau tujuan kegiatan ini dapat menjadi tempat awal yang penting untuk teknologi bekerja dalam domain evaluasi. Scriven (1972) percaya bahwa "tujuan
program tertentu tidak harus diambil sebagai yang diberikan", tapi diperiksa dan dievaluasi juga (Guskey, 2000).
Model Goal Free Evaluation berfokus pada hasil yang sebenarnya dari suatu
program atau kegiatan, bukan hanya tujuan-tujuan yang teridentifikasi. Jenis
model memungkinkan teknologi untuk mengidentifikasi dan mencatat hasil yang
tidak mungkin telah diidentifikasi oleh perancang program (Guskey, 2000).
Melalui proses teknik baik terang-terangan dan terselubung, metode ini berusaha
untuk mengumpulkan data dalam rangka untuk membentuk deskripsi program, mengidentifikasi
proses akurat, dan menentukan pentingnya mereka ke program (Boulmetis &
Dutwin, 2005). Sementara model ini berfokus pada hasil tanpa gol, model lain
berfokus pada proses pengambilan keputusan dan menyediakan administrator kunci
dengan analisis mendalam untuk membuat keputusan yang adil dan tidak bias.
Fungsi Evaluasi Bebas Tujuan adalah untuk
mengurangi bias dan menambah objektifitas. Dalam evaluasi yang berorientasi
pada tujuan, seorang evaluator secara subjektif persepsinya akan membatasi sesuai
dengan tujuan. Padahal tujuan pada umumnya hanya formalitas dan jarang
menunjukkan tujuan yang sebenarnya dari suatu proyek. Lagipula, banyak hasil
program penting yang tidak sesuai dengan tujuan program. Evaluasi Bebas Tujuan
berfokus pada hasil yang sebenarnya bukan pada hasil yang direncanakan. Dalam Evaluasi
Bebas Tujuan ini, memungkinkan evaluator untuk menambah temuan hasil atau
dampak yang tidak direncanakan.
C.
Kekurangan dan Kelebihan Goal Free Evaluation
Model Goal Free Evaluation ini mempunyai kekurangan dan kelebihannya. Kelebihan dari model bebas
tujuan di antaranya adalah :
1.
Evaluator tidak perlu memperhatikan secara rinci
setiap komponen, tetapi hanya menekankan pada bagaimana mengurangi prasangka
(bias).
2.
Model ini menganggap pengguna sebagai audiens
utama. Melalui model ini, Scriven ingin evaluator mengukur kesan yang didapat
dari sesuatu program dibandingkan dengan kebutuhan pengguna dan tidak
membandingkannya dengan pihak penganjur.
3.
Pengaruh konsep pada
masyarakat, bahwa tanpa mengetahui tujuan dari kegiatan yang telah dilakukan,
seorang penilai bisa melakukan evaluasi.
4.
Mendorong pertimbangan setiap kemungkinan
pengaruh tidak saja yang direncanakan, tetapi juga dapat diperhatikan sampingan
lain yang muncul dari produk.
Walaupun demikian, yang diajukan scriven ternyata juga memiliki kelemahan
seperti berikut:
1. Model bebas tujuan ini pada umumnya bebas menjawab pertanyaan penting,
seperti apa pengaruh yang telah diperhitungkan dalam suatu peristiwa dan
bagimana mengidentifikasi pengaruh tersebut.
2. Walaupun ide scriven bebas tujuan bagus untuk membantu kegiatan yang
paralel dengan evaluasi atas dasar kejujuran, pada tingkatan praktis scriven
tidak terlalu berhasil dalam menggambarkan bagaimana evaluasi sebaiknya
benar-benar dilaksanakan.
3. Tidak merekomendasikan bagaimana menghasilkan penilaian kebutuhan walau
pada akhirnya mengarah pada penilaian kebutuhan.
4. Diperlukan evaluator yang benar-benar kompeten untuk dapat melaksanakan
evaluasi model ini.
5. Langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan dalam evaluasi hanya
menekankan pada objek sasaran saja.
BAB III
PENUTUP
Model yang dikembangkan
oleh Michael Scriven yakni model Goal Free
Evaluation, tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana model goal
oriented evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses
pelaksanaan program, dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang
terjadi selama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang
negatif.
Dalam model Goal Free Evaluation, para evaluator peneliti mengambil dari berbagai laporan atau catatan
pengaruh-pengaruh nyata atau kongkrit dan pengaruh-pengaruh yang tidak
diinginkan dalam program pendidikan dan pelatihan. Perhatian khusus diberikan
secara tepat terhadap usulan-usulan tujuan dalam evaluasi. Tetapi tidak dalam
proses evaluasi atau produk. Keuntungan yang dapat diambil dalam Goal Free
Evaluation, bahwa dalam Goal Free Evaluation para penilai mengetahui antisipasi
pengaruh-pengaruh penting terhadap tujuan dasar dari penilai yang menyimpang.
Fungsi Evaluasi Bebas
Tujuan adalah untuk mengurangi bias dan menambah objektifitas. Dalam evaluasi
yang berorientasi pada tujuan, seorang evaluator secara subjektif persepsinya
akan membatasi sesuai dengan tujuan. Padahal tujuan pada umumnya hanya
formalitas dan jarang menunjukkan tujuan yang sebenarnya dari suatu proyek.
Lagipula, banyak hasil program penting yang tidak sesuai dengan tujuan program.
Evaluasi Bebas Tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya bukan pada hasil yang
direncanakan. Dalam Evaluasi Bebas Tujuan ini, memungkinkan evaluator untuk
menambah temuan hasil atau dampak yang tidak direncanakan.
Model bebas tujuan
merupakan titik evaluasi program, dimana objek yang dievaluasi tidak perlu
terkait dengan tujuan dari objek atau subjek tersebut, tetapi langsung kepada
implikasi keberadaan program apakah bermanfaat atau tidak objek tersebut atas
dasar penilaian kebutuhan yang ada.
GLOSARUIM
Akurat :
teliti, cermat, seksama
Analisis :
penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah untuk
mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya
Antisipasi : penyesuaian
mental terhadap peristiwa-peristiwa yang akan terjadi
Bias : menyimpang
dari yang sebenarnya
Deskripsi :
paparan dengan kata-kata secara terperinci
Efesien :
tepat sesuai dengan rencana dan tujuan
Efektif :
ada pengaruhnya
Formalitas :
sekedar menyesuaikan dengan tata cara
Ide :
gagasan pikiran-pikiran
Implikasi :
keadaan terlihat
Intelegensi :
kecerdasan, daya pikir dan penalaran yang cepat tanggap
Informasi :
pemberitahuan, keterangan
Kualitas :
mutu
Kompeten :
cakap atau berkuasa menentukan sesuatu, berpengaruh
Kompenen :
bagian yang merupakan satu kesatuan
Konsep :
rencana yang dituangkan dalam kertas, rancangan
Model :
mode; ragam; acuan; ukuran; yang dicontoh
Metode :
cara yang tersusun dan teratur, untuk mencapai tujuan, khususnya
dalam hal
ilmu pengetahuan
Objektivitas :
sikap jujur, tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi atau
golongan dalam
mengambil keputusan atau tindakan
Paralel :
sejajar, mirip
Program :
rancangan atas sesuatu yang akan dikerjakan
Profesi :
pekerjaan, pengakuan terbuka
Proyek :
rancangan pembangunan yang akan/segera/sedang dikerjakan/
diselesaikan
Sistematis :
urut, teratur menurut sistem (yang ada)
Teknik :
cara
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Madjid, H. Prof. Dr. MM. M.Pd. 2014. Evaluasi Kinerja SDM. Jakarta : Haja
Mandiri
Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi
revisi). Jakarta : Bumi Aksara
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta
: Balai Pustaka
Mirza Bashirudin Ahmad, dkk. 2013. Model
Evaluasi Kurikulum Goal Free Evaluation Model : Universitas Negeri Yogyakarta
Yusuf Tayibnapis, Farida. 2000. Evaluasi Program.
Jakarta : PT Rineka Cipta
Wirawan, Dr. 2012. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi.
Jakarta : Rajawali Pers
CURRICULUM VITAE
I.
Data Pribadi
Nama :
West Alqorni, S.Sos
NIP :
19791128 200710 1002
NUPTK :
6460757659110043
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Nopember 1979
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama :
Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status :
Menikah
Tinggi Badan : 175 cm
Berat Badan : 65 kg
Alamat : Jl.
Raya Penggilingan RT. 014/008 Kelurahan
Penggilingan Kecamatan Cakung
Jakarta Timur
13940
No. Telepon/Handphone : (021) 46829165 / 081808004675
Email : westelhasany@gmail.com
Web Blog : westalqornicenter.blogspot.com
II. Latar Belakang Pendidikan
No
|
Nama Lembaga
|
Program
|
Masuk Tahun
|
Lulus Tahun
|
1
|
MIS
Al-Wathoniyah 10 Pagi Cakung Jakarta Timur
|
MI
|
1986
|
1992
|
2
|
SDN Cakung
Barat 10 Petang Jakarta Timur
|
SD
|
1986
|
1992
|
3
|
MTSS
Ponpes Attaqwa Ujung Harapan Bahagia Bekasi Utara
|
MTS
|
1992
|
1995
|
4
|
MAS Ponpes
Attaqwa Ujung Harapan Bahagia Bekasi Utara
|
MA
|
1995
|
1998
|
5
|
UIN Sunan
Gunung Djati Bandung Jawa Barat
|
S1 Ilmu Komunikasi
|
1998
|
2003
|
6
|
Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
|
S2 Administrasi Pendidikan
|
2013
|
-
|
III. Pengalaman Aktivitas Mengajar
No
|
Nama Lembaga
|
Mata Pelajaran
|
Tahun
|
1
|
MTSS
Al-Wathoniyah 10 Cakung Jakarta Timur
|
TIK, PLKJ,
Baca Tulis Qur’an
|
2003 s.d. sekarang
|
2
|
SMK Bina
Karya Utama Cakung Jakarta Timur
|
KKPI/TIK
|
2007 s.d. 2010
|
3
|
MAN 08 KJ
Cakung Jakarta Timur
|
TIK
|
2009 s.d. 2010
|
IV. Pendidikan dan Pelatihan
No
|
Nama Lembaga
|
Materi
|
Waktu
|
1
|
Bina Sarana Informatika Jakarta
|
Program Terpadu Windows
|
21 Juli 2004 s.d.
18 September 2004
|
2
|
ICDL Foundation
|
Paket Program Komputer
|
2012
|
V. Buku & Karya Ilmiah
No
|
Judul
|
Tahun
|
1
|
Modul Komputer (Teori & Praktek)
“Microsoft Windows & Microsoft Office 2003”
|
2005
|
VI. Pengembangan Profesi
No
|
Pengembangan Profesi
|
Penyelenggara
|
Tahun
|
1
|
Pembinaan
Pengurus MGMP pada MTs
|
Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta
|
2006
|
2
|
Seminar
Pendidikan Nasional “ESQ sebagai Media Character Building Menuju Kepribadian
yang Progresif dan Mandiri”
|
Ikatan Keluarga Abituren Attaqwa Bekasi
|
2008
|
3
|
Seminar
Nasional “Cara Menemukan Kecerdasan Anak dengan Multiple Intelligence”
|
Yayasan Mamba’ul ‘Ula Jakarta
|
2009
|
4
|
Workshop
“Aplikasi Data Base Pendidikan
|
Lembaga Bimbingan dan Pengembangan Diri Erlangga Purwokerto
|
2010
|
5
|
Seminar
Nasional Pendidikan “Penguatan Kurikulum 2013 dan Pengembangan Karir Guru
untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan”
|
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
|
2014
|
Terima kasih informainya sangat membantu. Saya mau nanya apakah Penulis mempunyai e-book asli oleh scriven (Goal-free Evaluation GFE)?Soalnya saya sangat membutuhkan model penelitian dari Sciven buat penyusunan skripsi saya. Terima kasih mohon infonya.
BalasHapus