ISLAM BERKEMAJUAN
OLEH : WEST ALQORNI
ABSTRAKSI
Islam
itu pada hakikatnya agama yang berkemajuan, karena itu penting untuk
ditonjolkan watak dasar Islam yang maju itu. Jika Muhammadiyah menekankan pada
pandangan Islam yang berkemajuan maka jangan ditarik ke konsep dan pemikiran
yang sempit dan formalistik. Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang
berkemajuan itu bahkan memperdalam dan memperluas tentang Islam sebagai ajaran
yang menyeluruh atau komprehensif, yang diturunkan ke muka bumi untuk membawa
kemajuan kepada seluruh umatnya di alam semesta.
Muhammadiyah
itu memiliki paham dan mendakwahkan Islam yang berkemajuan. Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam yang melaksanakan fungsi utama dakwah dan tajdid dapat
dikatakan sebagai Gerakan Islam yang berkemajuan. Dalam pandangan keislaman
Muhammadiyah menyeimbangkan antara pemurnian atau peneguhan dan pengembangan
atau pembaruan, sehingga seimbang tetapi kaya dengan nilai kemajuan. Inilah
karakter utama Muhammadiyah, yakni ideologi Islam yang berkemajuan.
Ideologi
atau suatu pandangan mendasar itu bukan sekadar sistem paham tentang kehidupan,
tetapi sekaligus mengandung unsur sistem perjuangan untuk mewujudkan paham
tersebut dalam kehidupan. Artinya Islam yang berkemajuan yang dipahami
Muhammadiyah itu harus diamalkan melalui sistem perjuangan yang bersifat
kolektif dan terorganisasi sejalan dengan pandangan Islam yang berkemajuan.
Namun kini dan ke depan usaha-usaha mewujudkan pandangan Islam yang berkemajuan
itu dituntut untuk direvitalisasi sehingga mencapai keunggulan yang tinggi baik
dalam pemikiran, kepribadian, maupun amaliah yang ditampilkan Muhammadiyah di
tengah kehidupan yang serba kompleks dan sarat tantangan saat ini. Dengan
spirit dan pandangan Islam yang berkemajuan, Muhammadiyah mencerahkan umat,
bangsa, dan dunia kemanusiaan wujud dari ijtihad dakwah Islam sebagai agama
berkemajuan dan menyebar risalah rahmatan lil-‘alamin untuk membangun peradaban
yang utama di muka bumi yang dianugerahkan Allah SWT.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini sebagai bentuk tugas Ujian Tengah Semester
(UTS) pada Mata Kuliah “Filsafat Kemuhammadiyahan”.
Dalam makalah ini akan disajikan materi yang diharapkan
dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca.
Penyusun sangat sadar makalah ini masih banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu penyusun sangat terbuka sekali bagi berbagai
kritikan dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya penyusun
mohon maaf atas segala kekurangannya dan mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, Mei 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penyusunan 2
D. Kegunaan Penyusunan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A.
Konsep Muhammadiyah
Tentang Islam Agama Berkemajuan 3
B.
Implementasi Islam Berkemajuan di Lingkungan
Muhammadiyah 6
BAB III PENUTUP 12
A. Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Konsep,
istilah, dan pandangan Islam yang berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah dideklarasikan
pada Muktamar Satu Abad tahun 2010 di Yogyakarta. Pandangan Islam yang
berkemajuan tersebut merupakan bagian dari substansi Pernyataan Pikiran
Muhammadiyah Abad Kedua. Di dalamnya terkandung pula pandangan tentang
kebangsaan, gerakan pencerahan, dan kosmopolitanisme Islam.
Pandangan
Islam yang berkemajuan merupakan ikhtiar untuk menggali kembali api pemikiran
Islam yang digagas dan diaktualisasikan oleh pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji
Ahmad Dahlan seratus tahun yang silam. Selain itu, pandangan tersebut sekaligus
menjadi bingkai pemikiran bagi Muhammadiyah dalam memasuki abad kedua dalam
perjalanannya ke depan, sehingga spirit pembaruan tetap berkesinambungan dalam
gerakan Muhammadiyah dan seluruh komponen organisasinya.
Islam
itu pada hakikatnya agama yang berkemajuan, karena itu penting untuk
ditonjolkan watak dasar Islam yang maju itu. Jika Muhammadiyah menekankan pada
pandangan Islam yang berkemajuan maka jangan ditarik ke konsep dan pemikiran
yang sempit dan formalistik. Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang
berkemajuan itu bahkan memperdalam dan memperluas tentang Islam sebagai ajaran
yang menyeluruh atau komprehensif, yang diturunkan ke muka bumi untuk membawa
kemajuan kepada seluruh umatnya di alam semesta.
Perumusan
pandangan Islam yang berkemajuan bukanlah langkah yang tiba-tiba dan bersifat
slogan besar. Langkah tersebut diambil sebagai jalan strategis yang memiliki
fondasi dan orientasi yang kokoh dalam perjalanan gerakan Muhammadiyah.
Perumusan tersebut juga bukanlah langkah utopis atau mengawang-awang dan seakan
tidak membumi, karena pada kenyataannya Muhammadiyah sejak awal kelahirannya
hingga mampu bertahan sampai satu abad lebih tidak lepas dari pandangan Islam
yang berkemajuan. Dengan demikian pandangan Islam yang berkemajuan dalam
Muhammadiyah bersifat aktual sehingga selalu dapat diaktualisasikan atau
diwujudkan atau dilaksanakan dalam berbagai aspek gerakan.
Karenanya pandangan Islam yang berkemajuan penting
untuk diyakini, dipahami, dan tidak kalah pentingnya diimplementasikan dalam
seluruh gerakan Muhammadiyah. Para anggota lebih-lebih kader dan pimpinan
Muhammadiyah di seluruh lingkungan dan komponennya dituntut untuk memahami
secara luas dan mendalam mengenai pandangan Islam yang berkemajuan. Setelah itu
bagaimana mewujudkan atau mengaktualisasikan pandangan Islam yang berkemajuan
dalam seluruh gerakannya termasuk dalam melaksanakan usaha-usaha melalui amal
usaha, program, dan kegiatan untuk mencapai tujuan terbentuknya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya dan menjadikan Islam sebagai rahmatan lil-‘alamin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut
:
1. Apa Konsep Islam Berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah?
2. Bagaimana Implementasi Islam Berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah?
C. Tujuan Penyusunan
a. Untuk mengetahui Konsep Islam Berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah?
b. Untuk mengetahui Implementasi Islam Berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah?
D.
Kegunaan Penyusunan
a. Secara teoritis. Memberikan tambahan pengalaman dan khasanah keilmuan
tentang Konsep dan Implementasi Islam Berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah
b. Secara praktis. Dari hasil tambahan pengetahuan tentang Konsep dan
Implementasi Islam Berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah ini dapat diterapkan
dengan langkah-langkah praktis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Muhammadiyah Tentang Islam Agama Berkemajuan
Islam
adalah agama wahyu yang sempurna dan paripurna. Islam memiliki landasan yang
kokoh, karena sebagai agama yang diturunkan Tuhan (al-fitrah al-munajalah),
kompatibel dengan hakikat dan potensi dasar manusia yang dianugerahi Allah
fitrah beragama (fitrah al-maqbulah), sehingga agama ini disebut sebagai agama
fitrah sebagaimana firman Allah:
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $Zÿ‹ÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏ‰ö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$# ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ
Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1]
(QS
Ar-Rum: 30).
Islam sebagai agama mengatur
seluruh aspek kehidupan. Tetapi ada aspek-aspek kehidupan yang secara rinci
diatur, ada yang sifatnya mujmal atau umum, dan bahkan ada yang diberikan
keleluasaan manusia untuk mengaturnya. Dalam hal ini terutama masalah-masalah mu’amalah-dunyawiyyah,
al-ashlu fil asyaa (al-mu’amalat) al-ibahah, hatta yaquma ad-dalil ‘ala
at-tahrim, bahwa asal muasal hukum mu’amalah boleh sampai ada dalil yang
mengharamkan. Termasuk dalam hal bagaimana mengurus masyarakat, bangsa, dan
negara. Islam hanya mengatur prinsip-prinsipnya atau isyarat-isyarat.
Islam mengajarkan agar manusia
mengurus dunia dan menjadikannya sebagai “majra’at al-akhirat” atau
ladang akhirat. Islam memerintahkan umatnya 8 Aktualisasi Islam Berkemajuan
untuk merencanakan masa depan sebagai bagian tidak terpisahkan dari bertaqwa,
bahkan umat diperintahkan untuk melakukan perubahan nasib dengan ikhtiar sebab Allah
tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya.
Muslim tidak boleh melupakan dunia, sebaliknya mengurus untuk meraih
kebahagiaan abadi di akhirat dengan perbuatan baik sebagaimana firman Allah
dalam Al-Quran:
Æ÷tGö/$#ur !$yJ‹Ïù š9t?#uä ª!$# u‘#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u‹÷R‘‰9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šø‹s9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# ’Îû ÇÚö‘F{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä† tûïωšøÿßJø9$# ÇÐÐÈ
Artinya: Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS Al-Qashash: 77).
Karena
itu menjadi suatu kewajiban umatnya agar Islam didakwahkan sehingga menjadi sistem kehidupan yang utama bagi peradaban
umat manusia. Kewajiban berdakwah itu merupakan tanggungjawab pribadi sekaligus
kolektif, sehingga setiap muslim harus merasa terpanggil untuk melakukannya
dengan ikhlas dan niat beribadah tanpa paksaan.
Nabi
membangun fondasi peradaban Islam selama 23 tahun dengan penuh dinamika
dilanjutkan oleh empat khalifah utama. Setelah itu peradaban Islam meluas dan
Islam menjadi agama peradaban dunia selama sekitar lima abad lamanya. Kemajuan
di bidang ilmu pengetahuan mencapai puncaknya ketika Barat saat itu tertidur
lelap. Terbentuknya peradaban Islam yang utama itu tidak lepas dari spirit
ijtihad dan tajdid yang menyatu dalam kehidupan umat Islam. Nabi sendiri
melalui sebuah hadis memberikan perspektif, bahwa pada setiap kehadiran abad
baru datang mujadid yang akan memperbarui paham agama. Maknanya bahwa pada
setiap babakan sejarah yang penting dan krusial selalui dibutuhkan pembaruan,
sehingga Islam mampu menjawab tantangan zaman. Islam dan umat Islam tidak boleh
jumud atau statis, sebaliknya harus dinamis dan progresif. Itulah spirit dan
pandangan Islam yang berkemajuan sebagai tonggak peradaban.
Dari sejumlah ayat Al-Quran dan
Sunnah Nabi yang dipaparkan tersebut tampak jelas hakikat Islam sebagai agama
yang menanamkan nilai-nilai kemajuan bagi umat manusia. Karenanya menjadi
muslim dan umat Islam semestinya mempunyai spirit, etos, pemikiran, sikap, dan
tindakan yang berwawasan kemajuan. Dengan Islam yang berkemajuan maka umat
Islam akan melahirkan peradaban yang menyinari dan menjadi rahmat bagi semesta
alam.
Dr.
Abdul Mu’ti, M.Ed dalam sebuah Pengantar buku Islam Berkemajuan mengatakan
bahwa ada lima pondasi Islam Berkemajuan yang menjadi karakter Muhammadiyah,
yaitu: (1) tauhid murni yang merupakan doktrin sentral ajaran Islam; (2) memahami
Al-Qur’an dan Sunnah secara mendalam; (3) melembagakan amal shalih yang
fungsional dan solutif; (4) berorientasi kekinian dan masa depan; (5) bersikap
toleran, moderat dan suka bekerjasama (Kyai Syuja, 2009 : x-xix).
Istilah “kemajuan”, “maju”,
“memajukan”, dan “berkemajuan” telah melekat dalam pergerakan Muhammadiyah
sejak awal berdiri hingga dalam perjalanan berikutnya. Pikiran-pikiran dasar
dan langkah-langkah awal Kyai Dahlan sejak meluruskan arah kiblat sampai
mendirikan lembaga pendidikan Islam, mengajarkan dan mempraktikkan Al-Ma’un,
dan membentuk pranata-pranata amaliah sosial Islam yang bersifat modern,
semuanya menunjukkan pada watak Islam yang berkemajuan.
Istilah “berkemajuan” juga
diperkenalkan dalam memberikan ciri tentang masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Dalam Muktamar ke-37 tahun 1968 dikupas tentang karakter
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Di antara sembilan ciri masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya, salah satu cirinya ialah “Masyarakat berkemajuan”,
yang ditandai oleh: “(a) Masyarakat Islam ialah masyarakat yang maju dan
dinamis, serta dapat menjadi contoh; (b) Masyarakat Islam membina semua sektor
kehidupan secara serempak dan teratur/ terkoorrdinir; (c) Dalam pelaksanaannya
masyarakat itu mengenal pentahapan dan pembagian pekerjaan” (Dr. Haedar
Nashir, 2010:341).
Dari
ciri masyarakat Islam yang berkemajuan itu jelas sekali bagaimana tujuan
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid untuk membentuk masyarakat yang
dicita-citakan. Makin kuat rujukan tentang ikon pandangan dan cita-cita Islam
yang berkemajuan.
B.
Implementasi Islam Berkemajuan di Lingkungan
Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam,
Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan
As-Sunnah. Muhammadiyah berasas Islam. Dengan karakter tersebut Muhammadiyah
menegaskan dirinya sebagai Gerakan Islam yang melaksanakan misi dakwah dan
tajdid. Sedangkan maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah sejak awal berkomitmen
dan berkiprah untuk memajukan kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan
universal. Karenanya, Muhammadiyah sejak kelahirannya memiliki watak yang
berkemajuan.
Pandangan Islam yang berkemajuan
secara faktual melekat dengan kelahiran dan langkah-langkah Muhammadiyah dalam
perjalanan sejarahnya. Dalam tulisan Solichin Salam (1962: 15) apa yang
dilakukan Kyai Dahlan dan Muhammadiyah generasi awal ialah melawan kekolotan (konservatisme),
taklid (fanatisme), dan mengerjakan apa saja apa yang dipusakainya dari
nenek moyangnya meskipun itu sudah terang bukan dari ajaran Islam (tradisionalisme).
Secara umum kondisi umat Islam ketika Muhammadiyah lahir dicirikan oleh hal-hal
berikut: : (a) Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah
Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang
mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam
masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya
lagi; (b) Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari
tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;
(c) Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir
kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman; (d) Umat
Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta
berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan
tradisionalisme; (e) Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan
pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen
di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat; (f) Adanya
tantangan dan sikap acuh tak acuh (onverschillig) atau rasa kebencian di
kalangan intelegensia kita terhadap agama Islam, yang oleh mereka dianggap
sudah kolot dan tidak up to date lagi; (g) Ingin membentuk suatu masyarakat, di
mana di dalamnya benar-benar berlaku segala ajaran dan hukum-hukum Islam (Salam,
1962: 35).
Sedangkan menurut Mukti Ali, bahwa
background atau latarbelakang berdirinya Muhammadiyah dapat disimpulkan dalam
empat segi: (1) ketidakbersihan dan campuraduknya kehidupan agama Islam di
Indonesia, (2) ketidakefektifannya lembaga-lembaga pendidikan agama, (3)
aktivitet dari misi-misi Katholik dan Protestan, dan (4) sikap acuh tak acuh,
malah kadang-kadang merendahkan dari golongan intelegensia terhadap Islam.
Dengan latarbelakang sosiologis yang demikian maka kelahiran Muhammadiyah
menurut Mukti Ali memiliki misi gerakan dan orientasi amaliah sebagai berikut:
(1) Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan
Islam; (2) Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern; (3)
Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam; dan (4) Mempertahankan Islam dari
pengaruh dan serangan luar (Ali, 1958: 20).
Dari latar belakang dan misi
Muhammadiyah awal itu maka gerakan Islam ini melakukan langkah-langkah di
bidang pemahaman dan pembinaan keagamaan, pendidikan, kesehatan, pelayanan
sosial, dan amal usaha yang terus berkembang hingga saat ini, yang semuanya
berbasis pada pandangan Islam yang berkemajuan. Karena itu masyarakat luas
menilai dan menjuluki Muhammadiyah sebagai gerakan Islam reformis, modernis,
dan istilah sejenis lainnya yang mengandung esensi Islam yang berkemajuan.
Dari rujukan-rujukan tertulis
maupun berdasarkan fakta langkah-langkah Muhammadiyah yang melakukan tajdid
atau pembaruan, maka dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah itu memiliki paham
dan mendakwahkan Islam yang berkemajuan. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
yang melaksanakan fungsi utama dakwah dan tajdid dapat dikatakan sebagai Gerakan
Islam yang berkemajuan. Dalam pandangan keislaman Muhammadiyah menyeimbangkan
antara pemurnian atau peneguhan dan pengembangan atau pembaruan, sehingga
seimbang tetapi kaya dengan nilai kemajuan. Inilah karakter utama Muhammadiyah,
yakni ideologi Islam yang berkemajuan.
Bahwa Muhammadiyah memandang Islam
merupakan agama yang mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan
umat manusia yang tercerahkan. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan
yang serba utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah.
Adapun da’wah dan tajdid bagi Muhammadiyah merupakan jalan perubahan untuk
mewujudkan Islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang
zaman. Dalam perspektif Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang berkemajuan,
yang kehadirannya membawa rahmat bagi semesta kehidupan.
Dengan pandangan Islam yang
berkemajuan dan menyebarluaskan pencerahan, maka Muhammadiyah tidak hanya
berhasil melakukan peneguhan dan pengayaan makna tentang ajaran akidah, ibadah,
dan akhlak kaum muslimin, tetapi sekaligus melakukan pembaruan dalam mu’amalat
dunyawiyah yang membawa perkembangan hidup sepanjang kemauan ajaran Islam.
Paham Islam yang berkemajuan semakin meneguhkan perspektif tentang tajdid yang
mengandung makna pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi) dalam
gerakan Muhammadiyah, yang seluruhnya berpangkal dari gerakan kembali kepada
Al-Quran dan As-Sunnah untuk menghadapi perkembangan zaman.
Sebagai
gerakan dakwah dan sosial Muhammadiyah menekankan pada pencitraan “baldatun
thayyibatun wa rabbun ghafur” dan perwujudan diri umat sebagai masyarakat
utama. Suatu pencitraan diri keumatan yang konsisten pada pencapaian sosial
yang paling tinggi, asasi, dan tercerahkan menyangkut kemakmuran dan kebaikan
secara sosial, ekonomi dan politik (Mitsuo Nakamura, et al, 2005:47)
Muhammadiyah sejak kelahiran hingga
perjalanannya yang berusia satu abad terus berkomitmen untuk menampilkan
jatidiri dan Implementasi Islam yang berkemajuan. Islam yang murni (aseli,
autentik) bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah yang yang maqbulah disertai
tajdid atau ijtihad atau pembaruan yang muaranya melahirkan kemajuan sepanjang
kemauan ajaran Islam. Dengan pandangan Islam yang berkemajuan itulah,
Muhammadiyah mampu melintasi zaman dalam segala dinamika pasang-surut
perjuangan yang dilalaluinya. Spirit Islam yang berkemajuan itulah yang
kemudian memberikan inspirasi bagi kemajuan berpikir dan melangkah
Muhammaddiyah pada saat ini dan ke depan.
Kini, persoalannya bagaimana mengimplemetasikan
Islam yang berkemajuan itu dalam gerakan Muhammadiyah? Ideologi atau suatu
pandangan mendasar itu bukan sekadar sistem paham tentang kehidupan, tetapi
sekaligus mengandung unsur sistem perjuangan untuk mewujudkan paham tersebut
dalam kehidupan. Artinya Islam yang berkemajuan yang dipahami Muhammadiyah itu
harus diamalkan melalui sistem perjuangan yang bersifat kolektif dan
terorganisasi sejalan dengan pandangan Islam yang berkemajuan. Namun kini dan
ke depan usaha-usaha mewujudkan pandangan Islam yang berkemajuan itu dituntut
untuk direvitalisasi sehingga mencapai keunggulan yang tinggi baik dalam
pemikiran, kepribadian, maupun amaliah yang ditampilkan Muhammadiyah di tengah
kehidupan yang serba kompleks dan sarat tantangan saat ini.
Muhammadiyah secara internal harus
terlebih dulu memajukan dirinya sendiri sebelum memajukan orang lain, sebab
betapa besar tanggungjawab dan konsekuensi mengusung ideologi atau pandangan
Islam yang berkemajuan di tengah dinamika peradaban modern pada saat ini, lebih-lebih
untuk ke depan ketika Muhammadiyah menjalani abad kedua di tengah pergumulan
kehidupan umat manusia yang bercorak pasca-modern.
Menurut Dr. H. Haedar
Nashir, M.Si dalam usaha
mengimplementasikan pandangan Islam yang berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah
dapat dilakukan langkah-langkah berikut:
Pertama, memahamkan pandangan Islam
yang berkemajuan. Artinya meningkatkan usaha-usaha untuk memahami dan
memasyarakatkan Risalah Islamiyah dan berbagai pemikiran resmi dalam
Muhammadiyah, yang mengandung pandangan Islam yang berkemajuan. Konsep Risalah
Islamiyah telah mulai disusun dan penting untuk dilanjutkan.
Kedua, mengembangkan tradisi keilmuan.
Artinya melakukan berbagai ikhtiar untuk meningkatkan tradisi keilmuan dan
melakukan kajian-kajian pemikiran melalui berbagai diskusi, halaqah, seminar,
dan berbagai forum sejenis untuk memperdalam dan memperluas wawsan pemikiran di
lingkungan Muhammadiyah. Anggota Muhammadiyah, lebih-lebih para kader dan
pimpinannya, dituntut untuk memiliki tradisi keilmuan yang tinggi sebagai wujud
dari gerakan Islam yang berkemajuan. Termasuk membudayakan gemar membaca
sebagai bagian dari tradisi keilmuan di kalangan Muhammadiyah. Anggota, kader,
dan pimpinan Muhammadiyah perlu menggelorakan kebiasaan membaca, sehingga memahami
perkembangan pemikiran dan berbagai hal yang bersifat aktual dalam kehidupan
saat ini. Jika tradisi membaca meluas maka tidak akan ketinggalan dalam wacana
pemikiran dan perkembangan kehidupan, apalagi merasa bingung dan cemas dalam
menghadapi perkembangan aktual. Inilah tradisi iqra dan thalabul-ilmi yang
diajarkan Islam, yang dalam sejarah telah membangun peradaban dan kejayaan
Islam di era keemasan. Jika anggota Muhammadiyah tidak memiliki tradisi membaca
dan memahami pemikiran yang bersifat klasik maupun kontemporer, maka akan mudah
kehilangan arah atau orientasi dalam bermuhammadiyah, bahkan akan mudah terbawa
arus oleh berbagai pemikiran dan gerakan yang berkembang di sekitar.
Ketiga, memasyarakatkan pandangan
Islam yang berkemajuan ke luar.
Anggota Muhammadiyah penting untuk mengkomunikasikan, mendialogkan, dan
memperluas sebaran pemikiran atau pandangan Islam yang berkemajuan ke
masyarakat luas. Melalui tulisan di media massa, jejaring sosial, pengajian,
pengkajian, seminar, diskusi, dan berbagai media publikasi lainnya hendaknya
senantiasa dipopulerkan dan dikembangkan pandangan Islam yang berkemajuan. Hal
itu sangat diperlukan selain untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan pemikiran
Islam yang dikembangkan Muhammadiyah, pada saat yang sama untuk mengimbangi dan
memperkaya pemikiran-pemikiran Islam yang selama ini berkembang dan meluas di
masyarakat khususnya di lingkungan umat Islam.
Keempat, al-ishlah fi al-’amal, yakni
selalu memperbarui amaliah Islam. Dalam hal ini bagaimana Muhammadiyah mewujudkan
pandangan Islam yang berkemajuan dalam amaliah sebagaimana tercermin dalam
akksi gerakannya. Muhammadiyah dengan seluruh majelis, lembaga,
organisasi otonom, dan amal usahanya penting untuk mengimplementasikan
pemikiran-pemikiran Islam yang berkemajuan dalam usaha-usaha yang dilakukan
oleh gerakan ini. Amal usaha, program, dan kegiatan di seluruh lingkungan
Muhammadiyah haruslah mencerminkan pandangan Islam yang berkemajuan. Artinya
baik yang sudah dilaksanakan selama ini maupun yang hendak dikembangkan
hendaknya pengelolaan dan model yang dikembangkan dalam amal usaha, program,
dan kegiatan seluruh institusi di lingkungan Muhammadiyah harus lebih baik,
unggul, dan utama daripada gerakan-gerakan lain.
Kelima, Implementasi dalam praksis
gerakan. Terkait
dengan langkah keempat, bagaimana Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang
berkemajuan mewujudkan amaliah praksis. Istilah praksis (praxis) dalam
ilmu sosial kritis yakni tindakan emansipatoris atau tindakan pembebasan yang
berbasis pada refleksi. Refleksi dalam mazhab kritis ialah teori atau
perspektif berpikir yang selain dibangun di atas Ilmu pengetahuan yang bersifat
abstrak, juga berorientasi pada tindakan yang konkret yang membebaskan
kehidupan manusia dari segela bentuk belenggu. Karena itu praksis bukanlah
tindakan praktis semata, tetapi praktis yang berbasis pemikiran. Dalam tradisi
pemikiran Muhammadiyah, praksis berarti perpaduan antara “ilmu amaliah” dan
“amal ilmiah”. Dalam pemikiran Qurani, praksis ialah perpaduan antara “iman dan
amal shaleh” yang begitu banyak disebut dalam ayat-ayat Al-Quran, yang
menunjukkan bahwa Islam itu agama yang mempertautkan hablu-minallah dan halu-minannas
secara menyatu dan menyeluruh.
Keenam, Islam diimplementasikan
sebagai agama yang memuliakan perempuan. Islam memuliakan manusia baik
laki-laki maupun perempuan. Dalam pandangan Islam kemuliaan manusia bukan
karena jenis kelamin, suku bangsa, ras, warna kulit, dan sejenisnya, tetapi
karena ketaqwaannya. Laki-laki dan perempuan atau perempuan dan laki-laki yang
beriman dan beramal shaleh dijamin Allah memperoleh kehidupan yang baik (hayatan
thayyibah) dan pahala (ajra) dari perbuatannya sebagaimana Allah
berfirman :
ô`tB Ÿ@ÏJtã $[sÎ=»|¹ `ÏiB @Ÿ2sŒ ÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨ZtÍ‹ósãZn=sù Zo4qu‹ym Zpt6ÍhŠsÛ ( óOßg¨YtƒÌ“ôfuZs9ur Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB (#qçR$Ÿ2 tbqè=yJ÷ètƒ ÇÒÐÈ
Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik[2]
dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS Al-Nahl: 97).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Muhammadiyah dengan pandangan Islam
yang berkemajuan telah berkiprah mencerahkan umat dan bangsa. Pemerintah
berkewajiban mendukung, membantu, dan berperan dalam memfasilitasi
gerakan-gerakan kemasyarakatan yang dilakukan Muhammadiyah dan kekuatan
masyarakat madani lainnya, karena sejatinya Muhammadiyah telah meringankan
beban pemerintah untuk sebesar-besarnya mencerdaskan, memajukan, dan
memakmurkan kehidupan bangsa sebagai kewajiban yang utama. Sebaliknya manakala
ada yang tidak mendukung atau menghambat langkah Muhammadiyah tentu karena
subjektivitas dan tidak paham sejarah dan kiprah Muhammadiyah.
Muhammadiyah secara internal harus
terlebih dulu memajukan dirinya sendiri sebelum memajukan orang lain, sebab
betapa besar tanggungjawab dan konsekuensi mengusung ideologi atau pandangan
Islam yang berkemajuan di tengah dinamika peradaban modern pada saat ini,
lebih-lebih untuk ke depan ketika Muhammadiyah menjalani abad kedua di tengah
pergumulan kehidupan umat manusia yang bercorak pasca-modern.
Muhammadiyah dengan pandangan Islam
yang berkemajuan tidak akan pernah berhenti menyinari negeri dan semesta
kehidupan. Kemajuan senantiasa menyertai dan menjadi napas gerakan Muhammadiyah
sepanjang perjalanan gerakannya. Anggota, kader, dan elite pimpinan
Muhammadiyah di seluruh tingkatan dan lingkungan mesti menghayati dan memahami
pandangan Islam yang berkemajuan untuk kemudian mengimplementasikannya dalam
seluruh usaha-usaha gerakan. Dengan spirit dan pandangan Islam yang
berkemajuan, Muhammadiyah mencerahkan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan wujud
dari ijtihad dakwah Islam sebagai agama berkemajuan dan menyebar risalah
rahmatan lil-‘alamin untuk membangun peradaban yang utama di muka bumi yang
dianugerahkan Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Mukti Ali. 1958. Interpretasi Tentang Amalan-Amalan
Muhammadiyah, Jakarta, Majelis Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Daerah Jakarta Raya.
Dr. Haedar Nashir. 2010. Muhammadiyah Gerakan
Pembaruan, Yogyakarta, Surya Sarana Grafika
Kyai Syuja’. 2009. Islam Berkemajuan Kisah Perjuangan KH. Ahmad
Dahlan dan Muhammadiyah Masa Awal, Banten, Al-Wasath
Mitsuo Nakamura, et al. 2005. Muhammadiyah Menjemput
Perubahan, Jakarta, Kompas Media Nusantara
Solichin Salam, 1962. KH. Ahmad
Dahlan : Tjita-Tjita dan Perjoangannya, Jakarta, Depot Pengadjaran Muhammadijah
[1] Fitrah
Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri
beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal
itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh
lingkungan.
[2]
Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat
pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
0 komentar:
Posting Komentar