SKALA THUSTONE & INSTRUMENT NON TEST
OLEH : WEST ALQORNI
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Dengan
mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini sebagai bentuk tugas kelompok pada Mata Kuliah “Metodologi Penelitian”.
Dalam
makalah ini akan disajikan materi yang diharapkan dapat bermanfaat khususnya
bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca.
Penyusun
sangat sadar makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu
penyusun sangat terbuka sekali bagi berbagai kritikan dan saran demi perbaikan
di masa yang akan datang. Akhirnya penyusun mohon maaf atas segala
kekurangannya dan mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, Januari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................................. i
Daftar Isi
....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
........................................................................................... 1
BAB II SKALA THURSTONE DAN INSTRUMEN
NON TEST ........................... 2
A.
Pengertian Skala Thurstone
................................................................................... 2
B.
Pembuatan Skala Thurstone
.................................................................................. 3
C.
Pengertian Instrumen Non Test
............................................................................. 4
D.
Jenis – Jenis Instrumen Non Test
.......................................................................... 5
BAB III PENUTUP
.....................................................................................................
17
Daftar Pustaka ..............................................................................................................
18
BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian sangat diperlukan dalam dunia pendidikan. Karena dengan
melakukan penelitian kita mengetahui tingkat keberhasilan proses pendidikan
yang telah lakukan. Dalam melakukan penelitian biasanya menggunakan berbagai
macam bentuk instrumen. Dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang
dikembangkan dalam instrumen maka kita mengenal berbagai bentuk skala yang
dapat digunakan dalam pengukuran di bidang pendidikan yaitu skala pengukuran
dan skala sikap.
Menurut Iqbal Hasan (2002, p26), skala pengukuran adalah peraturan
penggunaan notasi bilangan dalam pengukuran.
Skala pengukuran dapat dibedakan atas empat macam, yaitu
skala
nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio.
Menurut Riduwan (2002, p12) bentuk-bentuk skala sikap yang perlu diketahui dalam melakukan
penelitian yaitu ada lima macam, yaitu skala Likert, skala Thurstone,
Rating Scale, skala Guttman dan skala Semantik Deferensial.
Evaluasi sangat diperlukan dalam
dunia pendidikan dalam hal ini sekolah atau madrasah, khususnya evaluasi
mengenai hasil belajar. Hal ini dimaksudkan untuk melihat tingkat kemampuan dan
keberhasilan peserta didik dalam proses belajar. Ada dua teknik yang digunakan
untuk melakukan evaluasi hasil belajar, yaitu teknik tes dan non tes. Begitu juga
halnya dalam kegiatan penelitian di bidang pendidikan penggunaan instrumen tes
dan non tes itu sangat diperlukan.
BAB II
SKALA
THURSTONE DAN INSTRUMENT NON TEST
A.
Pengertian Skala Thurstone
Skala Thurstone
merupakan salah satu skala sikap yang disusun dengan memilih butir yang
berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika disusun,
kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam
bentuk sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak
diukur kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu
dengan konten atau konstruk yang hendak diukur.
Skala Thurstone meminta responden
untuk memilih pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan
yang berbeda-beda. Metode pengukuran ini dikembangkan
untuk menilai secara spesifik terhadap objek atau subjek yang hendak diteliti.
Skala Thurstone dilihat dari bentuk tampilan mirip dengan skala Likert.
Perbedaannya,
bila skala Likert menilai sikap dengan cara menanyakan responden untuk
menunjukkan tingkat atau derajat sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju
(TS), dan sangat tidak setuju (STS) melalui pernyataan atau pertanyaan kepada
responden untuk kemudian mereka memilih di antara pernyataan atau pertanyaan
mana yang paling mendekati kecocokan jawaban dengan pilihan sikap mereka, skala
Thurstone menilai sikap dengan cara merepresentasikan statemen tentang topik
yang disusun dari yang tidak favorit, netral, dan sangat tidak disenangi.
Responden dalam hal ini dianjurkan untuk memilih pernyataan item yang hampir
mendekati atau cocok dengan pilihan sikap mereka. Pada skala Thurstone interval yang panjangnya sama memiliki intensitas kekuatan yang sama, sedangkan pada skala likert tidak perlu sama.
B. Pembuatan Skala Thurstone
Pembuatan
skala Thurstone dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut :
1.
Mengumpulkan sejumlah pernyataan
misalnya 50-100 tingkatan yang merepresentasikan secara luas perbedaan tingkat,
disenangi, netral, dan tidak disenangi terhadap suatu objek atau subjek yang
hendak diteliti.
2.
Pernyataan ini diberikan pada
sejumlah responden misal 50 orang atau lebih yang cukup mengenal terhadap objek
atau subjek agar dapat memilih ke dalam 11 tingkatan kategori tersebut.
Kategori A terdiri atas pernyataan yang dianggap disenangi atau favorit, E F
netral, dan J K merupakan kategori tidak disenangi atau tidak favorit.
3.
Klasifikasi pernyataan ke dalam
kategori, dengan pertimbangan penilaian terhadap objek atau subjek secara
psikologis, tetapi hanya merefleksikan persepsi mereka terhadap kategori
pernyataan yang disediakan.
4.
Pernyataan yang nilainya menyebar
dibuang, dan pernyataan yang mempunyai nilai bersamaan digunakan untuk
pembuatan skala.
Skor tinggi
pada skala berarti mereka memiliki tingkat prasangka terhadap sifat yang ingin
diteliti. Skor terendah berarti responden mempunyai sifat favorit terhadap
sifat yang ingin diteliti.
Skala
Thurstone tidak terlalu banyak digunakan sebagai instrumen di bidang pendidikan
karena model ini mempunyai beberapa kelemahan yang di antaranya seperti berikut
:
1.
Memerlukan terlalu banyak pekerjaan
untuk membuat skala.
2.
Nilai pada skala yang telah dibuat
memungkinkan pada skor sama mempunyai sikap berbeda.
3.
Nilai yang dibuat dipengaruhi oleh
sikap para juri atau penilai.
4.
Memerlukan tim penilai yang
objektif.
Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah
seperti gambar di bawah ini.
![]() |
Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak
relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan sangat relevan.
C. Pengertian Instrumen Non Test
Instrumen non tes berarti teknik
penilaian dengan tidak menggunakan tes. Teknik penilaian ini umumnya untuk
menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat,
sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan
kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Jenis-jenis instrumen non test di
antaranya adalah angket (kuesioner), observasi, skala sikap, dan portofolio.
Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat
tes saja. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur
secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek efektif psikomotor.
D. Jenis-Jenis Instrumen Non Test
1. Angket
Angket merupakan alat untuk mengumpulkan dan mencatat data, informasi,
pendapat, dan paham dalam hubungan kausal. Pada dasarnya angket adalah sebuah
daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden).
Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran
terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik
sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar
mereka.
Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori.
Pembagiannya dibedakan menjadi dua, yaitu pembagian kuesioner berdasarkan siapa
yang menjawab, dan pembagian berdasarkan cara menjawab. Ditinjau dari responden
yang menjawab, maka angket dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.
Angket Langsung. Disebut angket
langsung apabila angket dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan
dimintai jawaban tentang dirinya.
b.
Angket Tidak Langsung. Angket diisi
oleh orang yang bukan dimintai keterangan tentang dirinya. Berikut ini
merupakan langkah-langkah menyusun angket.
1.
Merumuskan tujuan
2.
Merumuskan kegiatan
3.
Menyusun langkah-langkah
4.
Menyusun kisi-kisi
5.
Menyusun panduan angket
6.
Menyusun alat penilaian
Contoh : ANGKET MINAT SISWA TERHADAP
PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran :
……………
Kelas/ Semester :
……………
Hari/tanggal :
……………
Petunjuk :
1.
Pada angket ini terdapat 5
pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan
materi pembelajaran yang baru selesai kamu pelajari, dan tentukan kebenaranya.
2.
Berilah jawaban yang benar sesuai
dengan pilihanmu.
3.
Pertimbangkan setiap pernyataan
secara terpisah dan tentukan kebenarannya. Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh
jawaban terhadap pernyataan lain.
4.
Catat responmu pada lembar jawaban yang
tersedia, dan ikuti petunjuk-petunjuk lain yang mungkin diberikan berkaitan
dengan lembar jawaban. Terima kasih.
Keterangan pilihan jawaban:
1.
= sangat tidak setuju
2.
= tidak setuju
3.
= ragu-ragu
4.
= setuju
5.
= sangat setuju
No
|
Pertanyaan
|
Pilihan Jawaban
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1.
|
Saya merasa bahwa pembelajaran ini memberikan banyak
kepuasan kepada saya
|
|||||
2.
|
Dalam pembelajaran ini, saya mencoba menentukan
standar keberhasilan yang sempurna
|
|||||
3.
|
Saya berpendapat bahwa nilai dan penghargaan lain
yang saya terima adalah adil jika dibandingkan dengan yang diterima oleh
siswa lain
|
|||||
4.
|
Siswa di dalam pembelajaran ini tampak rasa ingin
tahunya terhadap materi pelajaran
|
|||||
5.
|
Saya senang aktif dalam pembelajaran ini
|
2.
Observasi
Observasi adalah suatu tehnik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan. Observasi sebagai alat
evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkahlaku individu atau proses terjadinya
suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi yang dapat menilai atau mengukur
hasil belajar adalah tingkah laku para siswa ketika guru sedang mengajar.
Observasi atau pengamatan dapat dilakukan dalam berbagai cara. Berdasarkan
cara dan tujuan, observasi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
a.
Observasi partisipatif dan
nonpartisipatif
Observasi partisipatif adalah yaitu
observasi yang dilakuakan oleh pengamat diamna pengamat sendiri memasuki atau
mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
Sedangkan observasi nonpartisipatif,
observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya.
Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka.
Contoh observasi partisipatif :
Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru
hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.
b.
Observasi sistematis dan observasi
nonsitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer
sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan
diamati Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak
terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mengamati anak-anak
menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat
kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan,
kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan.
Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam
menanam bunga. Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat
kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam
bunga.
c.
Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara
nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat
perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.
Sebagai alat evaluasi, observasi
digunakan untuk :
1.
Menilai minat, sikap dan nilai yang
terkandung dalam diri siswa.
2.
Melihat proses kegiatan yang
dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
3.
Suatu tes essay / obyektif tidak
dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara
lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data
Langkah-langkah Pengembangan
Observasi
a.
Merumuskan tujuan
b.
Merumuskan kegiatan
c.
Menyusun langkah-langkah
d.
Menyusun kisi-kisi
e.
Menyusun panduan observasi
f.
Menyusun alat penilaian
3.
Skala Sikap
Tes skala sikap adalah perasaan suka atau tidak suka atau kecenderungan
seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Seperti : sikap terhadap materi
pelajaran, guru, proses pembelajaran, norma-norma tertentu dan sebagainya.
Penilaian
tes skala sikap atas 3 komponen berikut :
a.
Komponen afektif adalah perasaan
yang dimiliki oleh seseorang terhadap objek.
b.
Komponen kongnisi adalah kepercayaan
atau keyakinan yang menjadi pegangan seseorang.
c.
Komponen konasi adalah kecenderunan
untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu terhadap sesuatu
objek.
Contoh
soalnya sebagai berikut :
No
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
R
|
TS
|
STS
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Mau menerima pendapat orang lain meupakan ciri
bertoleransi
Untuk mewujudkan cita-cita harus memaksakan kehendak
Saya suka menerima pendapat orang lain.
Bekerja sama dengan orang yang berbeda suku harus
dihindarkan
Saya memilih teman disekolah saja dan mengutamakan
yang pintar saja.
|
Keterangan : SS = sangat setuju
S = setuju
R =
Ragu-ragu
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak
setuju
4.
Portofolio
Secara etimologi portofolio berasal
dari dua kata, yaitu port (singkatan dari report) yang berarti laporan dan
folio yang berarti penuh atau lengkap. Jadi portofolio berarti laporan lengkap segala aktivitas seseorang yang
dilakukannnya (Erman S. A., 2003 dalam Nahadi dan Cartono, 2007).
Secara umum portofolio merupakan
kumpulan dokumen seseorang, kelompok, lembaga, organisasi, perusahaan atau
sejenisnya yang bertujuan untuk mendokumentasikan perkembangan suatu proses
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Portofolio dapat digunakan untuk
menggambarkan mutu kinerja siswa yang ingin di evaluasi. Dibidang pendidikan
portofolio juga banyak digunakan untuk tujuan pengumpulan data kinerja siswa.
Secara definitif, fortofolio menurut
Johnson dan Johnson (2002) dapat diartikan sebagai pengumpulan data secara terorganisasi
yang dilakukan dalam periode waktu tertentu atas siswa atau perkembangan
program kelompok mahasiswa, pencapaian keterampilan atau sikap.
Portofolio dapat berupa sekumpulan
file yang terdiri atas topik pilihan tugas atau pekerjaan yang telah dan akan
diselesaikan siswa dalam satu semester, satu tahun atau sejak masuk sampai
selesai menjadi siswa atau mahasiswa, tergantung tujuan penggunaan portofolio
tersebut.
Alat ini juga dapat menggambarkan
kinerja siswa dalam satu atau beberapa mata peajaran atau bahkan semua mata
pelajaran yang telah dicapainya. Dilihat dari siapa sasarannya, portofolio
dapat bervariasi misalnya untuk satu orang siswa maupun satu group siswa untuk
satu orang portofolio. Di samping itu, portofolio dapat juga disimpan dalam map
guru, dalam note book, kotak atau dalam CD.
Apa isi fortofolio? Pada prinsipnya,
portofolio juga dapat berisi bermacam-macam informasi, misalnya untuk keperluan
menyimpan data sekolah, maka dapat berisi semua mata pelajaran, atau bahkan
semua nilai rapor siswa selama belajar disekolah tersebut.
Mengapa portofolio sampai sekarang
masih banyak digunakan, diantara jawabannya dapat dilihat sebagai berikut :
a.
Portofolio dapat memberikan
kesempatan siswa untuk dapat mengarahkan potensi belajar mereka sesuai dengan
kemampuan
b.
Menentukan tingkat pencapaian hasil
belajar
c.
Mengetahui perkembangan usaha
belajar siswa
d.
Portofolio dapat digunakan untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas kurikulum dan instruksional
Kegunaan portofolio sebenarnya masih
banyak sekali sehingga para guru atau para administrator dapat mengembangkannya
sesuai dengan bidang keahlian dan tujuan mereka. Langkah-langkah menyusun
instrumen non-tes portofolio :
a.
Menetapkan tujuan portofolio
b.
Menetapkan prosedur pengembangan
portofolio
c.
Melakukan tugas dan menyusun
portofolio
d.
Merangkum dan melaporkan
e.
Mengadakan proses evaluasi
Contoh Portofolio
Nama :
…………………… Kelas/No.
: ............. / ...........
|
||
Standar
Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
|
7.
Memahami saling ketergantungan
dalam ekosistem.
|
7.2
Mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman mahluk hidup dalam pelestarian
ekosistem.
|
·
Membuat tulisan (Majalah dinding,
“leaflet”, artikel) beserta foto/gambarnya, memperkenalkan jenis, bentuk, dan
manfaat tumbuhan/hewan langka yang dilindungi.
·
Mendeskripsikan usaha-usaha yang
dapat dilakukan manusia untuk pelestarian keanekaragaman hayati
|
Tugas
Portofolio:
1.
Menulis sebuah artikel yang berkaitan dengan sains. Misalnya, membuat artikel
singkat mengenai jenis-jenis tumbuhan dan hewan langka yang dilindungi,
dengan melengkapkan bentuk/ciri khusus dan manfaat tiap jenis tumbuhan atau
hewan langka ini. Tuliskan pula cara atau langkah perlindungan dan
pelestarian yang dilakukan pemerintah terhadap hewan dan tumbuhan langka.
2. Buat laporan untuk kegiatan ini beserta:
·
Bukti referensi (copy, printed/repro)
·
Jadwal pelaksanaan kegiatan pengumpulan
·
Data pengumpulan etiket (hari, tanggal, tempat pengambilan, dan
sebagainya)
·
Lain-lain yang dianggap penting untuk disertakan sebagai bukti/informasi.
·
Laporan dikumpulkan paling lambat minggu ke-4 bulan April 2008.
|
Jadwal
kegiatan pelaksanaan penyusunan portofolio: (disusun bersama oleh guru dan kelompok siswa untuk: (1) memonitor
pelaksanaan kegiatan; (2) mengevaluasi pelaksanaan kegiatan)
|
||||||||
No
|
Kegiatan
|
Maret (minggu ke)
|
April (minggu ke)
|
Keterangan
|
||||
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
|
Mendapat tugas
|
X
|
||||||
2
|
Merencanakan kegiatan
|
X
|
||||||
3
|
Monitoring ke 1
|
X
|
Melaporkan hasil pengumpulan
tahap pertama.
|
|||||
4
|
Monitoring ke 2
|
X
|
Melaporkan hasil pengumpulan
tahap pertama.
|
|||||
5
|
Pengecekan kelengkapan data dan
bukti
|
X
|
||||||
6
|
Penyusunan laporan
|
X
|
||||||
7
|
Penjilidan laporan
|
X
|
||||||
8
|
Penyerahan laporan
|
X
|
Penilaian:
Nama siswa :
………………… Kelas/No. :
…………. / …………
Tanggal :
…………………
No.
|
Aspek yang Dinilai
|
Portofolio ke
|
||
1
|
2
|
3
|
||
1.
|
Latar Belakang Masalah/ pendahuluan
|
|||
2.
|
Kajian Pustaka
|
|||
3.
|
Ketajaman pembahasan/ analisis
|
|||
4.
|
Penyimpulan/penutup
|
|||
5.
|
Tata tulis dan bahasa
|
|||
Skor Total
|
Keterangan: *) Skor maksimum
untuk tiap aspek yang dinilai adalah:
1.
Latar belakang masalah, skor maksimum 10, dengan rincian:
·
Dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang runtut/redaksinya
benar (2,5)
·
Menunjukkan pentingnya masalah (7,5)
2.
Pengkajian pustaka, skor maksimum 15, dengan rincian:
·
Isi relevan dengan permasalahan yang ada (5)
·
Dipungut/diambil dari sumber yang benar/dibenarkan (5)
·
Dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang runtut (2)
·
Cara penulisannya benar (3)
3.
Pembahasan, skor maksimum 25, dengan rincian:
·
Mampu menafsirkan / menganalisis data yang ada (10)
·
Menghubungkan antara data dengan pustaka sebagai referensi (10)
·
relevan dengan tujuan (5)
4.
Rumusan simpulan, skor maksimum 10, dengan rincian:
·
Relevan dengan permasalahan/tujuan (2,5)
·
Relevan dengan data dan pembahasannya (7,5)
5.
Tata tulis dan Bahasa
·
Tata tulis benar (15)
·
Bahasa menggunakan bahasa Indonesia
Baku (10)
(Total skor (maksimum) 90)
Nama
:
Kelas :
|
Guru :
Tanggal :
|
Isi dari portofolio :
Kompetensi yang berkembang :
Komentar Guru :
|
Tanda tangan guru
|
Lembar
Penilaian Diri
Nama :
Kelas :
|
Mata
Pelajaran :
Tanggal :
|
Sejauh ini
saya belajar banyak tentang :
|
|
Saya ingin
tahu lebih banyak tentang :
|
|
Besok saya
akan belajar :
|
|
Saya
senang belajar dengan cara :
|
|
Saya sulit
memahami :
|
|
Di kelas
saya termasuk :
|
|
Mengetahui
Orang
Tua/Wali Tanda
tangan dan nama siswa
.................................................. ..................................................
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skala
digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Skala pengukuran dibuat
dengan maksud agar data yang dihasilkan dalam pengukuran itu akurat. Dengan
skala pengukuran ini, maka variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat
dinyatakan dalam bentuk angka.
Skala
menurut Steven terbagi menjadi skala nominal, skala ordinal, skala interval dan
skala rasio. Menurut Riduwan (2002, p12) bentuk-bentuk skala sikap yang perlu
diketahui dalam melakukan penelitian yaitu ada lima macam yaitu skala Likert, skala Thurstone, Rating
Scale, skala Guttman dan skala Semantik Deferensial.
Teknik
evaluasi non-tes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak mengunakan tes.
Teknik evaluasi ini umumnya untuk menilai keperibadian anak secara
menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap social, ucapan, riwayat
hidup dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidkan
baik individual maupun secara kelompok. Jenis-jenis instrumen non tes di
antaranya adalah angket (kuesioner), rekaman observasi, skala sikap, dan
portofolio.
B. Saran
Penyusunan
makalah ini sangat jauh dari sempurna walaupun telah dikerjakan dengan penuh
kesungguhan dan ketelitian. Mengingat keterbatasan penulisan serta sifat
manusia yang fitrahnya lupa dan salah, oleh karena itu penulis mengharapkan
adanya keritikan dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan demi kemajuan
bersama.
DAFTAR
PUSTAKA
Uno, Hamza B. 2008. Model Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara
Nofijanti, Lilik. Baihaqi, M. dkk. 2008. Evaluasi
Pembelajaran paket. Suraba : lapis PGMI.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Perangkat
Penilaian Kurikulum Satuan Pendidikan KTSP SMA.
0 komentar:
Posting Komentar