Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
,oleh: West Alqorni, S.Sos
,oleh: West Alqorni, S.Sos
Materi khutbah yang disampaikan pada hari Jum'at tanggal 09 Januari 2015 di Masjid Al-Akhyar Cakung Jakarta Timur
اَلْـحَمْدُ
للهِ الّذِي أَرْسَلَ رسُولَهُ بِالْـهُدَى وَدِيْنِ الْـحَقّ لِيُظْهِرَهُ عَلى
الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيدًا ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إِلاَّ
الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، إِقْرَارًا بِهِ وَتَوْحِيدًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه لاَ نَبـِيَ بَعْدَهْ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيْدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلى آله وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا مَزِيْدًا.
أمّا بعد,
فياأيها الْمسلمون أوصيكم وإياي بتقوى الله عز وجل فقد فاز الْمتقون.
أعوذ
بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحـمن الرحيم. يَا أيُّهَا
الَّذِيْنَ آمنُوا اتَّقُوا الله وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدْ واتقوا
الله إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِـمَا تَعْمَلُوْنَ.
Ma'asyirol muslimin sidang Jum'at rohimakumulloh
Marilah kita senantiasa panjatkan puji dan
syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah
mencurahkan nikmat dan rahmat-Nya kepada kita semua terutama nikmat iman, Islam
dan sehat wal’afiat, sehingga pada saat ini
kita bisa hadir di masjid yang mulia ini untuk menunaikan salah satu kewajiban
kita yaitu melaksanakan shalat jumat berjamaah. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita umatnya senantiasa
selalu bershalawat kepada beliau sehingga pada hari Kiamat nanti Insya Allah
kita merupakan salah satu umat beliau yang mendapatkan syafa’atu ujma dari
baginda Nabi Besar Muhammad SAW.
Selanjutnya Khotib berwasiat kepada diri khotib sendiri
dan Jamaah Jumat, Marilah kita tingkatkan kualitas dan kuantitas keimanan dan
ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-perintah-Nya
serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya sehingga kita digolongkan oleh
Allah SWT termasuk dari golongan muttaqien.
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Di bulan Rabi’ul Awwal yang lebih dikenal dengan bulan maulid atau bulan
kelahiran Nabi Muhammad SAW, tepatnya tanggal 12 Rabi’ul Awwal, biasanya kaum
muslimin merayakan peringatan mauld Nabi Muhammad SAW, baik dirumah dengan
mengundang tetangga dan handai taulan. Atau diadakan oleh masjid, mushalla, lembaga, organisasi, masyarakat kampung dengan bentuk pengajian umum dan
ceramah, ada juga dengan bakti sosial, khitanan masal, dan bentuk amal-amal
sholeh yang lain. Begitulah suasana maulid dimeriahkan umat muslim
Nusantara. Bulan maulid adalah bulan suka-cita. Cerah sinarnya menyibakkan
kegelapan yang menyelimuti ummat manusia. Allahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaihi.
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Rasulullah saw sendiri memperingati hari kelahirannya dengan berpuasa, yaitu
setiap hari senin seperti yang diriwayatkan oleh Abi Qatadah dalam Imam Muslim;
عَنْ اَبِيْ
قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ اْلِاثْنَيْنِ؟ فَقاَلَ ذَلِكَ يَوْمٌ
وُلِدْتُ فِيْهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ اَوْ اٌنْزلَ عَلَيَّ فِيْهِ
Dari Abu Qotadah r.a, sesungguhnya Rasululloh SAW ditanya tentang puasa
Senin. Maka beliau menjawab : “Hari Senin adalah hari lahirku, hari aku mulai
diutus atau hari mulai diturunkannya wahyu”. (HR Muslim)
Sabda ‘yauma wulidtu fihi (itu adalah hari aku dilahirkan)’ adalah kalimat
yang menekankan betapa hari tersebut sangatlah berharga bagi Rasulullah saw.
sehingga beliau berpuasa di hari itu. Meskipun tidak ada perintah langsung dari
Rasulullah mengenai penghormatan tersebut, tetapi bagi umat yang tahu diri
tentunya hadits tersebut telah cukup menjadi tanda untuk menghormati hari
kelahiran Rasulullah SAW.
Sidang Jum’at yang dimuliakan
Allah SWT
Ada baiknya kita mengetahui
sejak kapan diperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Sejarah menyebutkan bahwa sejak
Islam berjaya dengan menaklukan romawi, Persia bahkan Eropa, banyak orang non
muslim masuk Islam, termasuk orang-orang salib dari Eropa. Baik karena sukarela
ataupun karena terpaksa. Hal ini menimbulkan dendam kaum Nasrani, akhirnya
mereka membalas dendam dengan menjajah Timur Tengah. Maka berkobarlah perang salib.
Kaum kafir membunuh orang Islam, merampas kekayaan, dijauhkan dari Islamnya,
dijauhkan dari Nabinya, dijauhkan dari sejarah kejayaan Islam. Yang ditampilkan
oleh penjajah dihadapan kaum muslimin adalah tokoh-tokoh kafir, tokoh-tokoh
fiktif sehingga rusaklah moral anak-anak muda, hancurlah kejayaan kaum
muslimin, hilang keteladanan, hingga tidak ada lagi kehebatan Islam.
Melihat kondisi umat yang terpuruk dan semakin jauh dari Islam, serta tidak
punya semangat memperjuangkan agamanya, para ulama dan tokoh Islam mencari
solusi bagaimana membangkitkan keislaman kaum muslimin dan melepaskan diri dari
cengkraman tentara salib. Di antaranya seorang raja yaitu Al-Malik
Mudhaffaruddin (Raja Himsiyyah), mengundang para ulama dan masayikh ke istana
untuk bermusyawarah, bagaimana membangkitkan semangat umat Islam, membebaskan
diri dari penjajah, serta menanamkan kecintaan anak muda dan muslimin kepada
Rasulullah, sehingga mau meneladani beliau Rasulullah SAW.
Dari musyawarah ulama tersebut akhirnya ada yang mengusulkan agar diadakan
peringatan peristiwa bersejarah dalam Islam, diantaranya dengan peringatan
maulid Nabi Muhammad SAW, yang kemudian dikampanyekan dengan besar-besaran,
mengundang para penyair agar menulis syair pujian kepada Nabi, serta para ulama
dan mubaligh yang bertugas menceritakan sejarah Nabi. Al-Malik Mudhaffaruddin
menanggapi usulan ini dengan antusias. Tetapi ada yang tidak setuju, dengan alasan
karena
peringatan seperti itu tidak pernah dikerjakan oleh Nabi, dan itu berarti
bid’ah.
Menanangapi ketidak setujuan mereka, akhirnya dijawab oleh ulama’ yang
hadir, bahwa dalam penjelasan tentang bid’ah itu tidak semua sesat. Menurut
Imam al-Iz Abdussalam, Ibnu Atsar menjelaskan bahwa ada bid’ah dholalah dan
bid’ah hasanah. Bid’ah dholalah (sesat) adalah bid’ah yang tidak ada dasar
hukummnya dan tidak ada perintah sama sekali dari syariat, sedangkan bid’ah
hasanah adalah suatu amalan yang dasar perintahnya sudah ada dari Rasulullah,
namun teknisnya tidak diatur langsung dan itu bukan temasuk ibadah mahdah
muqayyadah (ibadah murni yang telah ditentukan tata caranya).
Akhirnya para ulama yang hadir bersama Al-Malik Mudhaffaruddin dalam
pertemuan itu memutuskan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad itu boleh. Kemudian Al-Malik Mudhaffaruddin sendiri
langsung menyumbang 100 ekor unta dan sekian ton gandum untuk mengadakan
peringatan maulid Nabi muhammad SAW. Setiap daerah diundang penyair untuk
membuat syair pujian dan shalawat kepada Nabi muhammad. Kitab-kitab yang
tersisa hingga sekarang di antaranya yang dikarang oleh Syeikh al-Barzanji dan
Syeikh Addiba’i.
Sidang Jum’at yang dimuliakan
Allah SWT
Ternyata dengan diadakannya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini sangat
efektif untuk menyadarkan kaum Muslimin cinta kepada Rasul, sehingga seorang
pemuda bernama Shalahudin Al-ayyubi menggalang anak-anak muda, dilatih
fisiknya, disadarkan untuk cinta kepada Rasul, diajak membebaskan diri
dari penjajahan tentara salib. Akhirnya, laskar Islam bersama panglima
Shalahudin al-Ayyubi, bisa memenangkan perang salib pada tahun 580 H. Itulah
sejarah pertama kali diadakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW dan Sejak
tahun itulah peringatan Maulid Nabi SAW diadakan oleh negara muslim lainnya.
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Seperti sering dijelaskan bahwa ibadah itu ada dua macam. Pertama, ibadah
mahdah muqayyadah yaitu ibadah murni yang tata caranya terikat dan tidak boleh
diubah, karena perintah dan teknis pelaksanaannya dicontohkan langsung oleh
Rasulullah, seperti shalat dan haji yang harus sesuai dengan apa yang
dicontohkan oleh Rasul. Kedua, ibadah muthallaqah ghoiru muqayyadah, yaitu
ibadah mutlaq yang tata caranya tidak terikat, perintahnya ada sedangkan teknis
pelaksanaannya terserah masing-masing orang. Seperti berdzikir, perintahnya
sudah ada namun teknisnya tidak ditentukan sebagaiman firman Allah:
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu
telah merasa aman (QS. Annisa : 103)
Dzikir merupakan perintahnya, sedangkan teknisnya terserah kita, duduk,
berdiri, berbaring dirumah, dimasjid sendirian, bersama-sama, suara pelan ataupun
dengan suara keras tidak ada batasan-batasan, tergantung kepada situasi dan
kondisi asal tidak melanggar ketentuan syariat.
Membaca shalawat juga diperintahkan sebagaimana firman Allah SWT dalam
Al-Qur’an:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيماً
Yang Artinya: ”Sesungguhnya Allah dan malaikat bershalawat kepada Nabi. Hai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salan
penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab : 56).
Perintah membaca shalawat ada sedangkan teknisnya terserah kita. Boleh
sholawat yang panjang, pendek, prosa, maupun syair, yang penting bershalawat
kepada rasullullah. Hal ini termasuk juga berdakwah, Allah berfirman:
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْـحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْـحَسَنَةِ
Yang artinya: ”Serulah (manausia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik.” (QS an-Nahl 125)
Berdakwahlah kamu ke jalan Allah dengan cara hikmah dan mauidzah hasanah
atau wejangan yang baik. Perintahnya ada sedangkan teknis pelaksanaannnya
terserah kita, boleh dalam bentuk pengajian umum, pengajian rutin di masjid,
ataupun media TV, radio, koran, majalah, diskusi, maupun seminar. Semuanya
dipersilakan, yang penting momentum dan misinya adalah dakwah.
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Peringatan Maulid Nabi yang diisi dengan pembacaan shalawat kepada Rasul,
pengajian umum, ceramah tentang kesadaran terhadap islam, membaca sejarah Nabi,
amal saleh, bakti sosial, khitanan massal dan lain-lain itu merupakan ibadah
muthallaqah ghairu muqayadah atau ibadah yang mutlaq dan tidak terikat tata
caranya dimana perintahnya ada sedangkan pelaksanaannya terserah kita.
Maka dengan demikian mengadakan peringatan Maulid Nabi yang diisi dengan
pembacaan shlawat, pengajian umum dan perbuatan yang baik bukan termasuk bid’ah
dhalalah, tapi merupakan amrum muhtasan, yaitu “sesuatu yang dianggap baik” dan
kalau dilakukan secara ikhlas karena Allah maka akan mendapatkan pahala dari
Allah SWT.
Demikian juga Sayyid Alwi Al-Maliki al-Hasani menjelaskan dalam kitab
Mukhtashar Sirah Nabawiayah: “Bahwa memperingati Maulid Nabi bukan bid’ah dhalalah,
tapi sesuatu yang baik”.
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah.
Ada sekian banyak pendapat
para ulama tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, diantaranya yaitu
1.
Pendapat
Imam Hasan Al-Bashri (Seorang Tabi’in yang lahir di zaman Khalifah Umar ibn
Khattab. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Imam Hasan Al-Bashri berkata :
وَدِدْتُ لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ
جَبَلِ اُحُدٍ ذَهَبًا لَاَنْفَقْتُهُ عَلَى قِرَاءَةِ مَوْلِدِ الرَّسُوْلِ
“Andaikata aku memiliki emas
sebesar bukit uhud, maka akan aku dermakan semuanya untuk penyelenggaraan
pembacaan Maulid Rasul”
Ucapan beliau membuktikan bahwa
para tabi’in menaruh perhatian yang sangat besar terhadap kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Beliau rela mendermakan seluruh hartanya demi menyelenggarakan
pembacaan maulid Nabi Muhammad SAW
2.
Syeikh
Ma’ruf Al-Karkhi (Seorang Sufi Wafat tahun 200 H). Dalam salah satu nasihatnya
beliau berkata :
مَنْ هَيَّاَ لِاَجْلِ قِرَاءَةِ مَوْلِدِ الرَّسُوْلِ طَعَامًا, وَجَمَعَ اِخْوَانًا,
وَاَوْقَدَ سِرَاجًا, وَلَبِسَ جَدِيدًا, وَتَعَطَّرَ وَتَـجَمَّلَ, تَعْظِيْمًا لِمَوْلِدِهِ,
حَشَرَةُ اللهُ تَعَالى يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الْفِرْقَةِ الْاُوْلَى مِنَ
النَّبِيِّيْنَ, وَكَانَ فِى اَعْلَى عَلِيِّيْنَ.
“Barangsiapa yang
mempersiapkan makanan, mengumpulkan teman-teman, menyalakan lampu, mengenakan
pakaian baru, memakai parfum, dan menghiasi dirinya untuk membaca dan mengagungkan
maulid rasul, maka kelak di hari kiamat Allah akan mengumpulkkannya bersama
para Nabi, orang-orang yang berada pada barisan pertama. Dan dia ditempatkan di
‘illiyyin yang tertinggi”
3.
Syeikh
Sirri As-Saqathi (wafat tahun 253 H). Dalam sebuah kesempatan beliau menuturkan
:
مَنْ قَصَدَ مَوْضِعًا يُقْرَاُ
فِيْهِ مَوْلِدُ النَّبـِيِّ فَقَدْ قَصَدَ رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الْـجَنَّةِ لِاَنَّهُ
مَا قَصَدَ ذَلِكَ اْلـمَوْضِعَ اِلاَّ لـِمَحَبَّةِ الرَّسُوْلِ. وَقَدْ قَالَ
عَلَيْهِ السَّلاَمُ: مَنْ اَحَبَّنـِي كَانَ مَعِيْ فِي الْـجَنَّةِ.
“barangsiapa mendatangi sebuah
tempat dimana disana dibacakan maulid Nabi, maka dia telah mendatangi sebuah
taman surga. Sebab tujuannya mendatangi tempat itu tiada lain adalah untuk
mengungkapkan rasa cintanya kepaada Rasulullah SAW, sedangkan Rasulullah SAW
bersabda “Barang siapa mencintaiku, maka dia bersamaku di dalam Surga”
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah.
Itulah beberapa pendapat dari
sekian banyak pendapat para ulama mengenai peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang
kami sampaikan. Mudah-mudahan dengan peringatan Maulid Nabi SAW hati kita semakin cinta kepada
Rasulullah SAW. Dengan cinta kepada Rasulullah kita akan melaksanakan
perintahnya dan menjauhi larangannya dan kita termasuk orang yang menghidupkan
sunnah Rasulullah SAW. Semoga kita dikumpulkan bersama Rasulullah SAW kelak
disurga nanti. Amiin, ya rabbal alamin.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسم الله الرّحـمن
الرّحيم. وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْـمَةً لِلْعَالَمِينَ.
الأنبياء:107
بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْأنِ
الْكَرِيـْم وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِـمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَياَتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْم وَتَقَبَّل الله مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.
اَلْـحَمْدُ للهِ
الّذِى يَهْدِى مَنْ يَشَاءُ اِلى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ. نَـحْمَدُهُ سُبحَانهُ
وَهُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمُ. اَشْهدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله الْمَلِكُ
الْـحَقُّ الْمُبِيْنُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُـحَمَّدًا رَسُوْلُ الله الصَّادِقُ
الْوَعْدُ اْلاَمِيْنُ. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيْدِنَا
مُـحَمَّدٍ وَعَلى الِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْـمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْد. فَيَاأيُّهَا الْمُسْلِمُونَ الْكِرَام أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى الله وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
فقال الله تعالى: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَـمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
قَالَ الله تَعَالى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيـْم، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم. بِسْمِ اللهِ الرَّحْـمنِ الرَّحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُـحــَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُـحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلى اِبْرَاهِيمْ وَ عَلى الِ اِبْرَاهِيم. وَ بَارِكْ عَلى مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُـحَمَّدٍ. كَمَا بَرَكْتَ عَلى اِبْرَاهِيم وَعَلى الِ اِبْرَاهِيم. فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَـمِيْدٌ مَـجِيْد. وَارْضَ اَلَّلهُمَّ عَنِ الْـخُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ اَزْوَاجِهِ اُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ اَجْـمَعِيْنَ وَعَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ
اِلى يَوْمِ الدِّيْنِ وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْـمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِـمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَات وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَات اَلاَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَات اِنَّكَ سَـمـِيْعٌ قَرِيْبٌ مُـجِيْبُ الدَّعَوَات وَيَا
قَاضِيَ الْـحَاجَات. اَللَّهُمَّ ارْزُقْنَا مُتَابَعَةَ النَّبِـيِّ مُـحَمَّدٍ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَوَّلاً وَاَخِرًا وَظَاهِرًا وَبَاطِنًا وَقَوْلاً وَفِعْلاً
وَطَاعَةً وَعِبَادَةً وَعَمَلاً صَالِـحًا وَعَدَهُ. اَلَّلهُمَّ اَحْيِيْنَا بـِحَيَاةِ
الْعُلَمَاءِ وَاَمِتْنَا بـِمَوْتِ الشُّهَدَاءِ وَاحْشُرْنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
فِي زُمْرَةِ الْاَوْلِيَاءِ وَاَدْخِلْناَ الْـجَنَّةَ مَعَ اْلاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ
الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ, اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْـمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ الله: اِنَّ الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبي وَيَنْهَي عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلاَ ذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ. اَقِيْمُوا الصَّلاَة.