Pages

Rabu, 22 Oktober 2014

Makalah Model Goal Free Evaluation



MODEL EVALUASI
GOAL FREE EVALUATION (EVALUASI BEBAS TUJUAN)



Disusun untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah
Evaluasi Program Pendidikan

Dosen: Prof. Dr. H. Abdul Madjid, MM. M.Pd

Disusun oleh:

WEST ALQORNI
NIM : 1308036069
Semester/Kelas : Tiga/Reguler
Angkatan : 29.1 (Limau)












MANAJEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

            Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang penting, namun sering dikesampingkan karena dianggap mencari kesalahan, kegagalan dan kelemahan dari suatu kegiatan atau program. Sebenarnya evaluasi harus dilihat dari segi manfaatnya sebagai upaya memperbaiki dan penyempurnaan program atau kegiatan sehingga lebih efektif, efisien dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 

Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja atau produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya[1]. Dalam sebuah proses pembelajaran komponen yang turut menentukan keberhasilan sebuah proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi orang akan mengetahui sampai sejauh mana penyampaian belajar atau tujuan pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Melalui evaluasi kita akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik, serta keberhasilan sebuah program.

            Dalam mengevaluasi suatu program, kita harus memilih model-model evaluasi yang sesuai dengan apa yang akan kita evaluasi. Hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah apakah pendapatan atau konsep sebenarnya yang dimaksud adalah sama, yaitu strategi yang akan dipakai sebagai kerangka kerja dalam melakukan evaluasi atau apa yang dipilih akan tergantung pada maksud dan tujuan evaluasi. Untuk ini harus memilih teori atau fungsi dari model atau pedekatan tersebut dan tidak tergantung pada satu model atau pendekatan atau konsep, harus dikuasai seluk beluk setiap model yang menjadi pilihan dan tidak menjadi budak dari satu model atau pendekatan. Pilihan yang terbaik yaitu apa yang dinamakan eclectic (eklektis) memilih model yang sesuai dengan keadaan dan situasi program yang akan dievaluasi.
            Ada beberapa model evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi suatu program, salah satunya adalah model evaluasi Goal Free Evaluation (Evaluasi Bebas Tujuan). Model ini digagas oleh Michael Scriven. Scriven adalah seorang pakar filsafat ilmu pengetahuan yang telah banyak menyumbangkan gagasannya kepada profesi evaluasi. Ia mengkritisi konseptualisasi evaluasi klasik dan modern. Ia mengkritisi terhadap ideologi-ideologi evaluasi yang memfokuskan pada tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pengembang kurikulum, bukan memfokuskan pada pencapaian tujuan konsumen.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:
1.         Apa itu model evaluasi Goal Free Evaluation?
2.         Apa fungsi model evaluasi Goal Free Evaluation?
3.         Apa saja kekurangan dan kelebihan model evaluasi Goal Free Evaluation?

C.      Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.         Memahami hakikat model evaluasi Goal Free Evaluation.
2.         Memahami kegunaan model evaluasi Goal Free Evaluation.
3.         Mengetahui kekurangan dan kelebihan model evaluasi Goal Free Evaluation.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Goal Free Evaluation Model
            Goal Free Evaluation Model adalah model evaluasi yang dikembangkan oleh Scriven. Dalam Goal Free Evaluation, Scriven mengemukakan bahwa dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya (kinerja) suatu program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi (pengaruh) baik hal-hal yang positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal yang negatif (yang tidak diharapkan).
            Evaluasi model Goal Free Evaluation, fokus pada adanya perubahan perilaku yang terjadi sebagai dampak dari program yang diimplementasikan, melihat dampak sampingan baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan, dan membandingkan dengan sebelum program dilakukan. Evaluasi juga membandingkan antara hasil yang dicapai dengan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk program tersebut atau melakukan cost benefit analysis.
            Tujuan program tidak perlu diperhatikan karena kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan tetapi evaluator lupa memperhatikan sejauh mana masing-masing penampilan tersebut mendukung penampilan terakhir yang diharapkan oleh tujuan umum maka akibatnya jumlah penampilan khusus ini tidak banyak bermanfaat. Dapat disimpulkan bahwa, dalam model ini bukan berarti lepas dari tujuan tetapi hanya lepas dari tujuan khusus. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara rinci perkomponen yang ada.
            Scriven menekankan bahwa evaluasi itu adalah interpretasi judgement ataupun explanation dan evaluator yang merupakan pengambil keputusan dan sekaligus penyedia informasi. Ciri-ciri Evaluasi Bebas Tujuan yaitu :
1.        Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program
2.        Tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan menyempitkan fokus evaluasi
3.        Evaluasi Bebas Tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya, bukan pada hasil yang direncanakan
4.        Hubungan evaluator dan manajer atau dengan karyawan proyek dibuat seminimal mungkin
5.        Evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya dampak yang tidak diramalkan
            Mungkin akan lebih baik apabila evaluasi yang berorientasi pada tujuan dan Evaluasi Bebas Tujuan dikawinkan, karena mereka akan saling mengisi dan melengkapi. Evaluator internal biasanya melakukan evaluasi yang berorientasi pada tujuan, karena ia sulit menghindar atau mau tidak mau ia akan mengetahui tujuan program, akan tidak pantas apabila ia tidak acuh. Manajer progam jelas ingin mengetahui sampai seberapa jauh progam telah dicapai, dan evaluator internal akan dan harus menyediakan informasi untuk manajernya.
            Di samping itu, perlu diketahui bagaimana orang luar menilai program bukan hanya untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, apa yang dilakukan di semua bagian, pada semua yang telah dihasilkan, secara sengaja atau tidak sengaja. Yang belakangan ini merupakan tugas operator bebas tujuan yang tidak mengetahui tujuan program. Jadi, evaluasi yang berorientasi pada tujuan dan Evaluasi Bebas Tujuan dapat bekerja sama dengan baik. Menurut Wirawan (2012) proses evaluasi dengan mempergunakan model Evaluasi Bebas Tujuan dapat dilihat pada gambar berikut :
1.    Evaluator mempelajari cetak biru program
3.    Mengidentifikasi tujuan evaluasi :






Pengaruh sampingan program yang negatif yang tidak diharapkan
Pengaruh sampingan positif di luar tujuan program
Pengaruh positif program yang diharapkan oleh tujuan program
2.    Mengembangkan Desain dan Instrumen evaluasi
4.    Memastikan pelaksanaan program telah mencapai tujuan
5.    Menjaring dan menganalisis data
6.    Menyusun laporan evaluasi hasil evaluasi
7.    Pemanfaatan hasil evaluasi
 













            Model Evaluasi Bebas Tujuan akan sangat meluas dan menimbulkan masalah bagi evaluator dalam kaitan dengan beban kerja, biaya, dan waktu evaluasi. Oleh karena itu, sebelum merancang evaluasi, evaluator harus memprediksi, mengidentifikasi, dan mendefinisikan apa saja yang termasuk efek sampingan yang negatif dari program, apa saja yang termasuk pengaruh positif sesuai dengan tujuan program, dan apa saja pengaruh positif di luar tujuan program[2].

B.       Fungsi Goal Free Evaluation
            Scriven dalam tujuan Goal Free Evaluation (1972) menunjukkan bahwa fokus pada program atau tujuan kegiatan ini dapat menjadi tempat awal yang penting untuk teknologi bekerja dalam domain evaluasi. Scriven (1972) percaya bahwa "tujuan program tertentu tidak harus diambil sebagai yang diberikan", tapi diperiksa dan dievaluasi juga (Guskey, 2000).
            Model Goal Free Evaluation berfokus pada hasil yang sebenarnya dari suatu program atau kegiatan, bukan hanya tujuan-tujuan yang teridentifikasi. Jenis model memungkinkan teknologi untuk mengidentifikasi dan mencatat hasil yang tidak mungkin telah diidentifikasi oleh perancang program (Guskey, 2000). Melalui proses teknik baik terang-terangan dan terselubung, metode ini berusaha untuk mengumpulkan data dalam rangka untuk membentuk deskripsi program, mengidentifikasi proses akurat, dan menentukan pentingnya mereka ke program (Boulmetis & Dutwin, 2005). Sementara model ini berfokus pada hasil tanpa gol, model lain berfokus pada proses pengambilan keputusan dan menyediakan administrator kunci dengan analisis mendalam untuk membuat keputusan yang adil dan tidak bias.
            Fungsi Evaluasi Bebas Tujuan adalah untuk mengurangi bias dan menambah objektifitas. Dalam evaluasi yang berorientasi pada tujuan, seorang evaluator secara subjektif persepsinya akan membatasi sesuai dengan tujuan. Padahal tujuan pada umumnya hanya formalitas dan jarang menunjukkan tujuan yang sebenarnya dari suatu proyek. Lagipula, banyak hasil program penting yang tidak sesuai dengan tujuan program. Evaluasi Bebas Tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya bukan pada hasil yang direncanakan. Dalam Evaluasi Bebas Tujuan ini, memungkinkan evaluator untuk menambah temuan hasil atau dampak yang tidak direncanakan.

C.      Kekurangan dan Kelebihan Goal Free Evaluation
            Model Goal Free Evaluation ini mempunyai kekurangan dan kelebihannya. Kelebihan dari model bebas tujuan di antaranya adalah :
1.        Evaluator tidak perlu memperhatikan secara rinci setiap komponen, tetapi hanya menekankan pada bagaimana mengurangi prasangka (bias).
2.        Model ini menganggap pengguna sebagai audiens utama. Melalui model ini, Scriven ingin evaluator mengukur kesan yang didapat dari sesuatu program dibandingkan dengan kebutuhan pengguna dan tidak membandingkannya dengan pihak penganjur.
3.        Pengaruh konsep pada masyarakat, bahwa tanpa mengetahui tujuan dari kegiatan yang telah dilakukan, seorang penilai bisa melakukan evaluasi.
4.        Mendorong pertimbangan setiap kemungkinan pengaruh tidak saja yang direncanakan, tetapi juga dapat diperhatikan sampingan lain yang muncul dari produk.
Walaupun demikian, yang diajukan scriven ternyata juga memiliki kelemahan seperti berikut:
1.    Model bebas tujuan ini pada umumnya bebas menjawab pertanyaan penting, seperti apa pengaruh yang telah diperhitungkan dalam suatu peristiwa dan bagimana mengidentifikasi pengaruh tersebut.
2.    Walaupun ide scriven bebas tujuan bagus untuk membantu kegiatan yang paralel dengan evaluasi atas dasar kejujuran, pada tingkatan praktis scriven tidak terlalu berhasil dalam menggambarkan bagaimana evaluasi sebaiknya benar-benar dilaksanakan.
3.    Tidak merekomendasikan bagaimana menghasilkan penilaian kebutuhan walau pada akhirnya mengarah pada penilaian kebutuhan.
4.    Diperlukan evaluator yang benar-benar kompeten untuk dapat melaksanakan evaluasi model ini.
5.    Langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan dalam evaluasi hanya menekankan pada objek sasaran saja.

BAB III
PENUTUP

            Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven yakni model Goal Free Evaluation, tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana model goal oriented evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program, dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi selama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negatif.
            Dalam model Goal Free Evaluation, para evaluator peneliti mengambil dari berbagai laporan atau catatan pengaruh-pengaruh nyata atau kongkrit dan pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan dalam program pendidikan dan pelatihan. Perhatian khusus diberikan secara tepat terhadap usulan-usulan tujuan dalam evaluasi. Tetapi tidak dalam proses evaluasi atau produk. Keuntungan yang dapat diambil dalam Goal Free Evaluation, bahwa dalam Goal Free Evaluation para penilai mengetahui antisipasi pengaruh-pengaruh penting terhadap tujuan dasar dari penilai yang menyimpang.
            Fungsi Evaluasi Bebas Tujuan adalah untuk mengurangi bias dan menambah objektifitas. Dalam evaluasi yang berorientasi pada tujuan, seorang evaluator secara subjektif persepsinya akan membatasi sesuai dengan tujuan. Padahal tujuan pada umumnya hanya formalitas dan jarang menunjukkan tujuan yang sebenarnya dari suatu proyek. Lagipula, banyak hasil program penting yang tidak sesuai dengan tujuan program. Evaluasi Bebas Tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya bukan pada hasil yang direncanakan. Dalam Evaluasi Bebas Tujuan ini, memungkinkan evaluator untuk menambah temuan hasil atau dampak yang tidak direncanakan.
Model bebas tujuan merupakan titik evaluasi program, dimana objek yang dievaluasi tidak perlu terkait dengan tujuan dari objek atau subjek tersebut, tetapi langsung kepada implikasi keberadaan program apakah bermanfaat atau tidak objek tersebut atas dasar penilaian kebutuhan yang ada.


GLOSARUIM

Akurat             : teliti, cermat, seksama
Analisis           : penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah untuk
mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya
Antisipasi        : penyesuaian mental terhadap peristiwa-peristiwa yang akan terjadi
Bias                 : menyimpang dari yang sebenarnya
Deskripsi         : paparan dengan kata-kata secara terperinci
Efesien                        : tepat sesuai dengan rencana dan tujuan
Efektif             : ada pengaruhnya
Formalitas       : sekedar menyesuaikan dengan tata cara
Ide                   : gagasan pikiran-pikiran
Implikasi         : keadaan terlihat
Intelegensi       : kecerdasan, daya pikir dan penalaran yang cepat tanggap
Informasi         : pemberitahuan, keterangan
Kualitas           : mutu
Kompeten       : cakap atau berkuasa menentukan sesuatu, berpengaruh
Kompenen       : bagian yang merupakan satu kesatuan
Konsep            : rencana yang dituangkan dalam kertas, rancangan
Model              : mode; ragam; acuan; ukuran; yang dicontoh
Metode            : cara yang tersusun dan teratur, untuk mencapai tujuan, khususnya
  dalam hal ilmu pengetahuan
Objektivitas     : sikap jujur, tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi atau
  golongan dalam mengambil keputusan atau tindakan
Paralel             : sejajar, mirip
Program           : rancangan atas sesuatu yang akan dikerjakan
Profesi             : pekerjaan, pengakuan terbuka
Proyek             : rancangan pembangunan yang akan/segera/sedang dikerjakan/
  diselesaikan
Sistematis        : urut, teratur menurut sistem (yang ada)
Teknik             : cara


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Madjid, H. Prof. Dr. MM. M.Pd. 2014. Evaluasi Kinerja SDM. Jakarta : Haja Mandiri
Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta : Bumi Aksara
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Mirza Bashirudin Ahmad, dkk. 2013. Model Evaluasi Kurikulum Goal Free Evaluation Model : Universitas Negeri Yogyakarta
Yusuf Tayibnapis, Farida. 2000. Evaluasi Program. Jakarta : PT Rineka Cipta
Wirawan, Dr. 2012. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta : Rajawali Pers


CURRICULUM VITAE


I.         Data Pribadi
Nama                                            : West Alqorni, S.Sos
NIP                                              : 19791128 200710 1002
NUPTK                                        : 6460757659110043
Tempat Tanggal Lahir                  : Jakarta, 28 Nopember 1979
Jenis Kelamin                               : Laki-laki
Agama                                          : Islam
Kewarganegaraan                                    : Indonesia
Status                                           : Menikah
Tinggi Badan                               : 175 cm
Berat Badan                                 : 65 kg
Alamat                                         : Jl. Raya Penggilingan RT. 014/008 Kelurahan
  Penggilingan Kecamatan Cakung Jakarta Timur
  13940
No. Telepon/Handphone              : (021) 46829165 / 081808004675
Email                                            : westelhasany@gmail.com
Web Blog                                     : westalqornicenter.blogspot.com

II.      Latar Belakang Pendidikan
No
Nama Lembaga
Program
Masuk Tahun
Lulus Tahun
1
MIS Al-Wathoniyah 10 Pagi Cakung Jakarta Timur
MI
1986
1992
2
SDN Cakung Barat 10 Petang Jakarta Timur
SD
1986
1992
3
MTSS Ponpes Attaqwa Ujung Harapan Bahagia Bekasi Utara
MTS
1992
1995
4
MAS Ponpes Attaqwa Ujung Harapan Bahagia Bekasi Utara
MA
1995
1998
5
UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jawa Barat
S1 Ilmu Komunikasi
1998
2003
6
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
S2 Administrasi Pendidikan
2013
-
III.   Pengalaman Aktivitas Mengajar
No
Nama Lembaga
Mata Pelajaran
Tahun
1
MTSS Al-Wathoniyah 10 Cakung Jakarta Timur
TIK, PLKJ,
Baca Tulis Qur’an
2003 s.d. sekarang
2
SMK Bina Karya Utama Cakung Jakarta Timur
KKPI/TIK
2007 s.d. 2010
3
MAN 08 KJ Cakung Jakarta Timur
TIK
2009 s.d. 2010

IV.   Pendidikan dan Pelatihan
No
Nama Lembaga
Materi
Waktu
1
Bina Sarana Informatika Jakarta
Program Terpadu Windows
21 Juli 2004 s.d.
18 September 2004
2
ICDL Foundation
Paket Program Komputer
2012

V.      Buku & Karya Ilmiah
No
Judul
Tahun
1
Modul Komputer (Teori & Praktek)
“Microsoft Windows & Microsoft Office 2003”
2005

VI.   Pengembangan Profesi
No
Pengembangan Profesi
Penyelenggara
Tahun
1
Pembinaan Pengurus MGMP pada MTs
Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta
2006
2
Seminar Pendidikan Nasional “ESQ sebagai Media Character Building Menuju Kepribadian yang Progresif dan Mandiri”
Ikatan Keluarga Abituren Attaqwa Bekasi
2008
3
Seminar Nasional “Cara Menemukan Kecerdasan Anak dengan Multiple Intelligence”
Yayasan Mamba’ul ‘Ula Jakarta
2009
4
Workshop “Aplikasi Data Base Pendidikan
Lembaga Bimbingan dan Pengembangan Diri Erlangga Purwokerto
2010
5
Seminar Nasional Pendidikan “Penguatan Kurikulum 2013 dan Pengembangan Karir Guru untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan”
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
2014



[1] Prof. Dr. H. Abdul Madjid Latief, MM. M.Pd, 2014. Evaluasi Kinerja SDM. Jakarta : Haja Mandiri. hal. 1
[2] Dr. Wirawan, MSL, Sp.A, M.M,M.Si. 2012. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta : Rajawali Pers

1 komentar:

  1. Terima kasih informainya sangat membantu. Saya mau nanya apakah Penulis mempunyai e-book asli oleh scriven (Goal-free Evaluation GFE)?Soalnya saya sangat membutuhkan model penelitian dari Sciven buat penyusunan skripsi saya. Terima kasih mohon infonya.

    BalasHapus