Khutbah Jum'at
Ciri-Ciri Muttaqien
Oleh: West Alqorni,.s
اَلْحَمْدُ
للهِ الّذِى يَهْدِى مَنْ يَشَاءُ اِلى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ. نَحْمَدُهُ
سُبحَانهُ وَهُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمُ. اَشْهدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله
الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله
الصَّادِقُ الْوَعْدُ اْلاَمِيْنُ. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيْدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلى الِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ .فياأيها
الْمسلمون أوصيكم وإياي بتقوى الله عز وجل فقد فاز الْمتقون.
أعوذ
بالله من الشيطان الرجيم يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Ma'asyirol
muslimin sidang Jum'at rohimakumulloh
Marilah
kita senantiasa panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan nikmat dan
rahmat-Nya kepada kita semua terutama nikmat iman, Islam dan sehat wal’afiat, sehingga pada saat ini kita bisa hadir di tempat
yang mulia ini untuk menunaikan salah satu kewajiban kita yaitu melaksanakan
shalat jumat berjamaah. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Mudah-mudahan
kita umatnya senantiasa bershalawat kepada beliau sehingga pada hari Kiamat
nanti Insya Allah kita merupakan salah satu umat beliau yang mendapatkan
syafaatujma dari baginda Nabi Besar Muhammad SAW.
Selanjutnya Khotib
berwasiat kepada diri khotib sendiri dan Jamaah Jumat, Marilah kita tingkatkan
kualitas dan kuantitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan
melaksanakan segala perintah-perintah-Nya serta menjauhi segala
larangan-larangan-Nya sehingga kita digolongkan oleh Allah SWT termasuk dari
golongan muttaqien.
Ma'asyirol muslimin yang
dimuliakan Allah SWT
Dalam Surat Ali Imran Ayat 133-134 Allah SWT berfirman :
133. Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
134. (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
ayat ini memberikan penjelasan
tentang sejumlah ciri-ciri orang-orang yang bertaqwa & penghuni surga diantaranya :
1. orang-orang
yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit
Termasuk perilaku orang bertakwa adalah berinfaq
dalam keadaan bagaimanapun, baik dalam keadaan lapang (berkecukupan) ataupun
dalam keadaan sempit (kekurangan). Selalu berusaha untuk dapat membantu orang
lain sesuai dengan kemampuan. Dan tidak pernah melalaikan infaq meski terkadang
sedang kesulitan.
Menurut Rasyid Ridha (Al-Manar III, hal. 123-133)
Allah memulai gambaran orang bertakwa dengan infaq karena dua hal berikut:
Pertama; infaq merupakan kebalikan dari riba yang dilarang oleh Allah SWT.
Kedua; infaq merupakan sesuatu yang tidak mudah dilakukan karena kecintaan
manusia terhadap harta. Oleh karena itu, barangsiapa yang sanggup menginfakkan
harta diwaktu lapang dan sempit, jelas menunjukkan sikap kepatuhan, ketundukkan
hati, yang merupakan sebuah ketakwaan.
Perintah berinfaq pada waktu lapang adalah untuk
menghilangkan perasaan sombong, rakus, aniaya, cinta yang berlebihan terhadap
harta, dan lain-lain. Sedangkan anjuran berinfaq di waktu sulit adalah untuk
merobah sifat manusia yang lebih suka diberi dari pada memberi. Selain itu
Dalam Ayat lain dijelaskan Allah akan memberikan pahala bagi orang yang
berinfaq secara sembunyi maupun terang-terangan.
š
274. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang
hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di
sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (QS. Al-Baqarah : 274)
Kemudian
dalam ayat lain Allah SWT berfirman :
271. Jika kamu Menampakkan sedekah(mu)[172], Maka itu adalah
baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya[173] dan kamu berikan kepada
orang-orang fakir, Maka Menyembunyikan itu lebih baik bagimu. dan Allah akan
menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah : 271)
[172]
Menampakkan sedekah dengan tujuan supaya dicontoh orang lain.
[173]
Menyembunyikan sedekah itu lebih baik dari menampakkannya, karena Menampakkan
itu dapat menimbulkan riya pada diri si pemberi dan dapat pula menyakitkan hati
orang yang diberi.
Ma'asyirol
muslimin rahimakumullah...
2. Mampu menahan
diri dari marah
Salah satu pintu besar yang dilalui dengan leluasa
oleh tentara-tentara syaitan adalah MARAH. Sesungguhnya marah itu adalah
mabuknya akal. Dan tentara syaitan itu akan menyerang apabila akal itu lemah,
manakala manusia itu marah, niscaya syaitan mempermainkannya, sebagaimana anak
kecil mempermainkan bola.
Ma'asyirol muslimin
rohimakumulloh
Pada umumnya, bila
seseorang yang memperturutkan amarahnya, ia tidak dapat mengendalikan akal
fikirannya secara baik, dan ia cenderung melakukan tindakan-tindakan kejam dan
jahat. Dan tindakkan tak
terpuji yang dilakukan seeorang pada saat marah, akan menimbulkan penyesalan
disaat ia sadar.
Karena itulah apabila
seseorang terpuruk masuk kedalam pengaruh emosi kemarahan, hendaklah ia sekuat mungkin untuk menahan dan mengendalikan amarahnya.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan agar orang yang marah untuk
duduk atau berbaring. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ
فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ، وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ
"Apabila
seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah ia duduk; apabila
amarah telah pergi darinya, (maka itu baik baginya) dan jika belum, hendaklah
ia berbaring" (H.R Abu Dawud)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam menjelaskan tentang keutamaan orang yang dapat menahan amarahnya,
beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ
اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ
اللهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ مَا شَاءَ
"Barangsiapa
menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah akan
memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk
memilih bidadari yang ia sukai" (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah,
dan Ahmad)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيْدُ باِلصُّرْعَةِ
إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Orang yang kuat bukan yang banyak mengalahkan
orang dengan kekuatannya. Orang yang kuat hanyalah yang mampu menahan dirinya
di saat marah.” (HR. Al-Bukhari no. 6114)
3. memaafkan
orang lain
Memaafkan berarti menghapuskan. Jadi seseorang baru
dikatakan memaafkan orang lain apabila ia menghapuskan kesalahan orang lain
itu, kemudian tidak menghukumnya sekalipun ia mampu melakukannya. Ini adalah perjuangan untuk pengendalian diri yang lebih tinggi dari
menahan marah. Karena menahan marah hanya upaya menahan sesuatu yang tersimpan
dalam diri, sedangkan memaafkan, menuntut orang untuk menghapus bekas luka hati
akibat perbuatan orang. Ini tidak mudah, oleh karena itu pantaslah dianggap
perilaku orang bertakwa.
Untuk memberikan dorongan kepada manusia agar mau memaafkan, Allah berulang kali memerintahkannya di dalam
Al-Quran, antara lain dalam surat Al-Araf 199 :
199. Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
Kemudian dalam QS. Al-Hijr 85
85. Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
di antara keduanya, melainkan dengan benar. dan Sesungguhnya saat (kiamat) itu
pasti akan datang, Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.
Dan QS. Asy-Syura 43 :
43. Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya
(perbuatan ) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan.
Sementara itu Rasulullah SAW juga menjelaskan
keuntungan orang-orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain, di antaranya:
Barangsiapa memberi maaf ketika dia mampu membalas,
maka Allah akan mengampuninya saat ia kesukaran. Dan Orang yang memaafkan terhadap
kezhaliman, karena mengharapkan keridhaan Allah,
maka Allah akan menambah kemuliaan kepadanya di hari kiamat (Lengkapnya dapat
dilihat dalam Muhammad Ahmad al-Hufy, Edisi Indonesia, hal. 272).
Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah kita,
adalah seseorang yang sangat pemaaf. Aisyiyah r. a. berkata: Saya belum pernah
melihat Rasulullah SAW membalas karena beliau dianiaya selama hukum Allah tidak
dilanggar. Beliau akan memaafkan kesalahan orang lain yang mengenai dirinya,
karena itu adalah sifat utama.
4. Orang yang
berbuat kebaikan, karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Ini adalah
tingkat yang lebih tinggi dari tiga perilaku takwa sebelumnya. Allah mencintai
orang yang berbuat ihsan dengan berbagai cara yang mungkin dilakukannya. Dalam
menafsirkan ayat ini Muhammad Rasyid Ridha mengemukakan suatu riwayat yang
menggambarkan bahwa berbuat ihsan itu adalah sebagai puncak dari tiga sifat
utama sebelumnya: Seorang budak melakukan sesuatu pelanggaran yang membuat
tuannya sangat marah. Budak itu berkata kepada tuannya: Tuan, Allah SWT
berfirman wal kazhimiin alghaizha, maka tuannya menjawab: Aku telah menahan
marahku. Budak itu berkata lagi, Allah telah berfirman walafiina aninnaas, yang
dijawab oleh tuannya: Kamu telah kumaafkan. Budak itupun melanjutkan lagi,
bahwa Allah telah berfirman wallahu yuhibbul muhsiniin, tuannya menjawab:
Pergilah! Engkau merdeka karena Allah. (Muhammad Rasyid Ridha, IV, hal. 135).
Ma'asyirol muslimin sidang
Jum'at yang dimuliakan Allah SWT.
Demikianlah khutbah
yang singkat ini alfaqir sampaikan. Mudah2an kita semua digolongkan oleh Allah
SWT termasuk dari golongan muttaqien, Amin ya robbal a’alaminn...
بَارَكَ
الله لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْأنِ الْكَرِيْم وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلاَياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم وَتَقَبَّل الله مِنَّا وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.
Khutbah Kedua
اَلْـحَمْدُ
لِلّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا
بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا
سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ
اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا
وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى
سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أما بعد، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
قَالَ الله تَعَالى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلى اِبْرَاهِيمْ وَ عَلى الِ اِبْرَاهِيم. وَ بَارِكْ عَلى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ. كَمَا بَرَكْتَ عَلى اِبْرَاهِيم وَعَلى الِ اِبْرَاهِيم. فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد. وَارْضَ اَلَّلهُمَّ عَنِ الْخُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ اَزْوَاجِهِ اُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ اَجْمَعِيْنَ وَعَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ
اِلى يَوْمِ الدِّيْنِ وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَات وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَات اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَات اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَات. اَللهُم انْصُرْناَ فَانك خيرُ الناصرين وافْتح
لنا فانك خيرُ الفاتحين واغفرلنا فانك خيرُ الغافرين وارحمنا فانك خيرُ الراحمين
وارزقنا فانك خيرُ الرازقين واهدنا ونجنا من القوم الظالمين انك على كل شئ قدير. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ الله : اِنَّ الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبي وَيَنْهَي عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلاَ ذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ. اَقِيْمُوا الصَّلاَة...
0 komentar:
Posting Komentar