Khutbah Jum'at
Lima Keburukan Yang Menghalangi Keshalehan
Oleh: West Alqorni, M.Pd
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ مَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ بِصِدْقِ نِيَّةٍ
كَفَاهُ وَمَنْ تَوَسَّلَ إِلَيْهِ بِاتِّبَاعِ شَرِيْعَتِهِ قَرَّبَهُ
وَأَدْنَاهُ وَمَنِ اسْتَنْصَرَهُ عَلَى أَعْدَائِهِ وَحَسَدَتِهِ نَصَرَهُ
وَتَوَلاَّهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ حَافَظَ دِيْنَهُ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ (أَمَّا
بَعْدُ) فَيَا اَيُّهَا
الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِىْ نَفْسِى وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَى
اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى، يَاأَيّهَا الّذِيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita senantiasa panjatkan puji dan
syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan nikmat dan
rahmat-Nya kepada kita semua terutama nikmat iman, Islam dan sehat wal’afiat,
sehingga pada saat ini kita bisa hadir di masjid yang mulia ini untuk
menunaikan salah satu kewajiban kita yaitu melaksanakan shalat jumat berjamaah.
Shalawat
dan salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.
Mudah-mudahan kita umatnya senantiasa selalu bershalawat kepada beliau sehingga
pada hari Kiamat nanti Insya Allah kita merupakan salah satu umat beliau yang
mendapatkan syafa’atu ujma dari baginda Nabi Besar Muhammad SAW.
Marilah kita mempertebal keimanan
dan ketaqwaan kita kepada
Allah dengan menghindarkan diri dari kecurangan, kebohongan dan berbagai sifat tercela
lainnya. Karena dengan demikian kita dapat istiqamah berusaha menjadi orang
yang saleh dan diridhoi oleh Allah SWT.
Jama’ah Sidang Jum’at Rahimakumullah
Dalam sebuah perkataanya sahabat Ali bin Abi
Thalib Karaamallhu Wajhah pernah berkata:
عَنْ عَلِيّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَوْلَا خَمْسَ خِصَالٍ لَصَارَ النَّاسُ
كُلُّهُمْ صَالِحِيْنَ اَوَّلُهَا اَلْقَنَاعَة ُبِالجَهْلِ وَالْحِرْصُ عَلَى
الدُّنْيَا وَالشُّحُّ بِالْفَضْلِ وَالرِّياَ فِى الْعَمَلِ وَالْإعْجَابُ
بِالرّأيِ
“andaikan tidak ada lima keburukan didunia
ini, tentunya manusia menjadi orang shaleh semua. Kelima keburukan itu adalah
1) merasa senang dengan kebodohan. 2) tamak dengan dunia. 3) bakhil dengan
kelebihan harta. 4) riya’ dalam beramal dan 5) membanggakan diri”.
Demikian keterangan Sayyidina Ali tentang
lima hal yang merusak susunan masyarakat muslim sehingga terjebaklah mereka
dalam kenistaan.
اَلْقَنَاعَة ُبِالجَهْلِ
Pertama, merasa senang dengan kebodohan, artinya adalah membiarkan diri bahkan merasa
nyaman dengan ketidak tahuan dalam masalah agama. Sebagaimana banyak terjadi
pada muslim masa kini di perkotaan yang tiap harinya disibukkan dengan urusan
bisnis dan bermacam pekerjaan demi mencapai cita-citanya. Sedangkan masalah ke-islaman
cukup dipasrahkan saja kepada para ustadz yang dipanggil ketika dibutuhkan.
Entah untuk berdoa, untuk ditanya ataupun sekedar dijadikan teman curhatnya.
Tidak ada dalam dirinya keinginan belajar
dengan sungguh-sungguh apa itu Islam dan bagaimana seharusnya menjadi muslim
yang baik. Tidak pernah ingin tahu cara shalat dan wudhu yang benar. Mereka
sudah puas dengan pengetahuan yang didapatnya dari teman atupun dari meniru
tetangga. Paling-paling belajar keislamannya didapat dari tayangan televisi
pada kuliah subuh dan dalam broadcast- broadcast semacamnya.
Memang itu tidak salah, tapi semua itu
menunjukkan ketidak seriusan keislaman mereka dibandingkan dengan keseriusannya
belajar ilmu pengetahuan ataupun kesibukannya mengurus berbagai urusan dunia.
Orang seperti ini seharusnya mengingat pesan Rasulullah saw:
اللهُ يَبْغَضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِاْلأَخِرَةِ. رواه الحاكم
Allah membenci orang yang pandai dalam urusan
dunia tetapi bodoh dalam urusan akhirat.
Hadirin sidang jum’at yang dimuliakan Allah
SWT
Menuntut ilmu itu wajib bagi semua orang
Islam. Sebagaimana dalam sebuah hadits dikatakan:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ
مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim
laki-laki maupun muslim perempuan.
Dengan ilmu kita terhindar dari kebodohan dan
akan mendapatkan kebahagian dunia akhirat karena derajat kita diangkat oleh
Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Mujadilah:11
Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
11. niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
الْحِرْصُ عَلَى الدُّنْيَا وَالشُّحُّ بِالْفَضْلِ
Kedua, tamak dengan dunia dan ketiga bakhil
dengan kelebihan harta, keduanya merupakan pasangan yang selalu terkait
bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Karena siapapun yang tamak
dan merasa kurang dengan berbagai kepemilikan hartanya pastilah dia akan
berlaku bakhil dan sangat sayang dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya.
Dalam kesempatan lain Rasulullah saw pernah
menyinggung tentang ketamakan. Beliau berkata bahwa mencintai harta adalah
sumber segala kecelakaan dan keburukan. Baik keburukan fisik maupun mental.
Mari kita bersama-sama berintropeksi diri mengapa diri ini seringkali sakit
gara-gara terlalu sering di jalan demi mengejar satu pekerjaan. Betapa para
pebisnis itu sering kali keuar masuk rumah sakit berganti-ganti penyakit karena
komplikasi yang disebabkan kurangnya perhatian dalam mengurus diri dan lebih
suka mengejar materi. Meskipun ini bukanlah hukum universal yang dapat diterapkan
pada semua orang, tetapi minimal menjadi pelajaran bagi kita yang mengerti. Betapa kecintaan
dan ketamakan dunia selalu membawa petaka. Belum lagi petaka mental yang
merusak negeri ini. Korupsi, kolusi dan juga kebiasaan berbohong demi citra
diri semua bermuara pada satu kata ‘tamak terhadap dunia’.
Rasulullah saw pernah bersabda:
الزّهْدُ فِى الدُّنْيَا يُرِيْحُ الْقَلْبَ وَالبَدَنَ وَالرُّغْبَةُ
فِيْهَا تُتْعِبُ اْلقَلبَ وَاْلبَدَنَ رواه الطبرانى
Zuhud (tidak suka) dunia sangat menyenangkan
hati dan badan. Sedangkan cinta dunia sangat melelahkan hati dan badan.
ebakhilan ataupun kepelitan merupakan dampak
sistemik yang tidak terhindarkan dari ketamakan dunia. Dan kebakhilan pasti
akan menjauhkan seseorang dari Allah, surga dan sesama manusia. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
الْبَخِيلُ بَعِيدٌ مِنْ اللَّهِ بَعِيدٌ مِنْ
الْجَنَّةِ بَعِيدٌ مِنْ النَّاسِ قَرِيبٌ مِنْ النَّارِ
“Orang yang bakhil jauh
dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, dan dekat dengan neraka”
Dengan demikian jikapun terdapat keshalehan dalam
diri orang yang bakhil, itu hanyalah angan-angan belaka dan hanya merupakan keshalehan
yang semu.
وَألجَاهِلٌ
سَخِيٌّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ عَالِمٍ بَخِيلٍ
Sesungguhnya orang bodoh yang dermawan lebih
Allah cintai dari pada orang 'alim yang bakhil
Sidang Jum’at yang dimuliakan Allah SWT
الرِّياَ فِى الْعَمَلِ
Keempat, riya dalam beramal. Riya’ adalah pamer yaitu melakukan satu amal
ibadah (agama) dengan maksud mendapatkan pujian dari manusia. Atau dengan
bahasa yang agak kasar riya dapat juga dikatakan dengan mengharapkan nilai
dunia dengan pekerjaan akhirat. Rasulullah saw menegaskan bahwa riya termasuk
dalam kategori syirik kecil (as-syirkul asyghar) sebagaimaa dalam salah
satu sabdanya
إِنَّ
أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari
apa yang aku takutkan menimpa kalian adalah syirkul ashghar (syirik kecil).”
Maka para shahabat bertanya, ”Apa yang dimaksud dengan syirkul ashghar?” Beliau
shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab,“Ar-riya’. (HR. Ahmad).
Disebut demikian karena perwujudan riya yang
sangat halus dan tidak kentara. Adanya hanya dalam hati. Tidak ketahuan di
dalam tindakan diri. Para sufi mengibaratkan halusnya riya seperti semut hitam
yang merayap di atas batu keras warna hitam di tengah pekat malam. Begitu
halusnya riya hingga seringkali mereka yang terjangkit penyakit ini seringkali
tidak sadar.
Fudhail bin Iyadh seorang sufi pernah mencoba
menjabarkan tentang riya dengan bahasa keseharian katanya: ”jika
datang seorang pejabat kepadaku, kemudian aku merapikan jenggotku dengan kedua
belah tanganku, maka aku benar-benar merasa khawatir kalau dicatat dalam
kategori orang-orang munafik”
Oleh karena itu hendaknya segala apa yang
dilakukan manusia disandarkan kepada Allah swt. Tidak hanya semata
mempertimbangkan kepentingan manusia. Apalagi jika berhubungan dengan amal
ibadah murni seperti shalat, baca al-qur’an, zakat dan lainnya, maka Allah swt
mengancam mereka yang mendustainya dengan neraka, Rasulullah saw bersabda:
اِنَّ اللهَ حَرَّمَ الْجَنَّةَ عَلَى كُلِّ مُرَاءٍ
Sesungguhnya Allah swt mengharamkan surga
bagi orang yang riya.
Sidang Jum’at yang dimuliakan Allah SWT
الْإعْجَابُ بِالرّأيِ
Kelima, adalah ujub atau membanggakan diri. Yaitu merasa diri paling sempurna
dibandingkan dengan yang lain. Ketidak bolehan perasaan ujub ini dikhawatirkan akan
melahirkan kesombongan, dan kesombongan itu sendiri merupakan sifat Allah yang
tidak boleh ada dalam diri manusia. Allah SWT melarang makhluknya untuk
sombong. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Al Israa:37.
wur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( y7¨RÎ) `s9 s-ÌørB uÚöF{$# Æs9ur x÷è=ö6s? tA$t6Ågø:$# ZwqèÛ
37. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong,
karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali
kamu tidak akan sampai setinggi gunung.
Demikianlah lima hal yang menurut Sayyidina
Ali Karramallahu Wajhah dapat menghalangi seseorang menjadi seorang yang shaleh.
Mudah-mudahan khotbah yang singkat ini, dapat menjadi pelajaran dan bahan
renungan yang mendalam bagi kita semua amin yaa robbal ‘alamiin
جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنْ عِبَادِهِ
الصَّالِحِيْنَ، وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ الْمُتَّقِيْنَ اَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ،
ÎóÇyèø9$#ur ÇÊÈ ¨bÎ) z`»|¡SM}$# Å"s9 Aô£äz ÇËÈ wÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur Îö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا
ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ
اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ
اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ
اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ
وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ
اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ
اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ
وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ
اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ
مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ
اَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى
اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
As reported by Stanford Medical, It is indeed the SINGLE reason women in this country get to live 10 years longer and weigh an average of 42 pounds less than we do.
BalasHapus(And realistically, it is not related to genetics or some hard exercise and EVERYTHING related to "how" they eat.)
P.S, I said "HOW", and not "what"...
Click on this link to reveal if this quick quiz can help you unlock your true weight loss potential